Menurutnya, alasannya menggeluti usahanya karena dinilai anti mainstream serta hobinya yang menyukai kopi.
“Kopi itu unik, cuma empat huruf tapi memiliki rasa yang luas. Kalau ngopi di tempat ber AC sudah mainstream, kenapa tidak mencoba hal baru, ngopi di pinggir jalan menggunakan sedikit badan jalan, tidak ada AC, tidak ada wifi dan tidak ada toilet,” ungkap Rahman sembari tersenyum tipis.
Ia mengatakan, kopi sifatnya merakyat, hampir semua generasi dan profesi menikmati kopi, sehingga bisnis ini diyakini mampu bertahan.
“Sudah pasti kopi adalah salah satu bisnis yang memiliki banyak konsumen,” jelas Rahman.
Usaha yang telah dimulai sejak akhir 2017 ini kini berjualan di halaman depan Kantor DPRD Provinsi Sultra mulai pagi hingga 17.00 Wita.
“Buka setiap hari. Kalau malam didepan Ummushabri Kendari,” jelasnya.
Discussion about this post