Namun, kehamilan tidak direncanakan itu memiliki dampak-dampak buruk, seperti tingginya angka putus sekolah akibat ketiadaan biaya dan berkurangnya partisipasi dalam pekerjaan serta berisiko depresi pasca kelahiran yang lebih tinggi.
“Akan tetapi lebih dari 60 persen kehamilan tidak direncanakan itu akhirnya diaborsi. Aborsi ini adalah kehamilan yang tidak direncanakan dan juga tidak diinginkan,” ujar Richard.
Olehnya, Richard mengapresiasi BKKBN yang telah memastikan akses informasi dan layanan kesehatan reproduksi dan KB yang universal dan meluas melalui kegiatan di Kampung KB.
Sementara itu, Direktur Analisis Dampak Kependudukan BKKBN, Faharuddin mengatakan, kunjungan lapangan tersebut bertujuan untuk melihat penyelenggaraan Kampung KB dalam upaya edukasi dan fasilitasi kepada penduduk.
Khususnya perempuan dan anak perempuan terkait program KB dan kesehatan reproduksi serta program lain yang mendukung pemenuhan penduduk memperoleh hak-haknya dalam peningkatan kualitas diri dan keluarga.
Discussion about this post