“Jika yang satu memberikan ide, yang lain menyempurnakan ide tersebut. Demikian juga saat bermain diatas panggung, kita saling meng-explore, sering spontan bersahut-sahutan dengan instrumen musik yang kami mainkan,” tambah Bonar.
Berjalan bersama selama 14 tahun, kiprah band ini seakan tidak memberi sinyal tanda-tanda kelelahan dan justru semakin solid. Bahkan saat ditinggal selamanya oleh sang legenda Glenn Fredly, The Bakuucakar tak kehilangan sedikitpun spirit dalam bermusik. Mereka memutuskan untuk terus menguat dan terus berkarya.
“Proses yang kita lalui tentu tidak mudah. Buat aku, sosok Glenn Fredly itu tidak bisa tergantikan. Tapi saat ini kita memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan sebagai satu band. Harus ada yang mengambil tanggung jawab di atas panggung, dalam hal ini peran sebagai frontman,” ujar Rifka Rachman.
“Disini mau tidak mau aku harus mengambil porsi yang sedikit lebih banyak dalam berinteraksi dengan penonton, dalam membangun energi yang besar ke sesama personil diatas panggung untuk bisa dinikmati dengan enak oleh penonton,” tutur Rifka menambahkan.
Untuk itu di tahun 2021, hadir di bawah payung label Musik Bagus Indonesia dan manajemen Bumi Entertainment, The Bakuucakar memutuskan untuk membuat lembaran cerita terbaru sebagai sebuah band dengan merilis dua single di tahun yang sama yang berjudul “Bakuucakar” dan “Love”.
Dan akhirnya di tahun ini, The Bakuucakar kembali merilis sebuah lagu berjudul “Merindu” sekaligus pertanda perilisan album perdana mereka yang bertitle “Reformula”.
“Aku mikir dengan keadaan kita yang sudah berjalan selama 14 tahun, tapi kemudian kehilangan sosok utamanya, sosok terbesarnya atau sosok penciptanya. Aku merasa kita harus memikirkan kembali untuk berjalan kedepannya ini, apa aja sih yang akan kita kerjakan, apa yang pengen kita sampaikan,” beber Rifka.
“Jadi aku merasa harus kita formulasikan ulang aja supaya kita tahu tujuan apa yang The Bakuucakar mau capai,” ungkap Rifka yang memberi judul album Reformula.
Untuk menciptakan lagu-lagu di album ini, ke tujuh personil The Bakuucakar menjalani workshop tertutup di salah satu villa di kawasan Puncak-Bogor. Bersama-sama mereka meramu album ini untuk menjadi album yang bisa dinikmati penikmat musik Indonesia.
Discussion about this post