Prof Jefri menilai, dunia teknik bergerak begitu cepat, sementara banyak lembaga pendidikan justru berjalan di tempat. Kurikulum yang tak menyesuaikan dengan perubahan teknologi hanya akan membuat lulusan gagap menghadapi industri modern.
Oleh karena itu, pendidikan teknik perlu mampu menyesuaikan diri dengan arah riset dan inovasi terkini, agar mahasiswa tak sekadar menjadi pengguna teknologi, tetapi pencipta.
“Jadi ilmu yang dipelajari jika kita mau ada generasi muda yang memiliki kompetensi luar biasa di bidang industri penerbangan, maka kita sebagai dosen, sebagai guru itu harus melengkapi mereka dengan kurikulum yang adaptif dan sesuai perkembangan ilmu,” ujarnya.
Prof Jefri mengingatkan agar pengajar tidak merasa puas dengan ilmu lama.
“Jangan sampai dosen atau guru merasa puas dengan bidang ilmu terkait, tapi mungkin ilmunya sudah ketinggalan zaman,” katanya.
2. Penguatan Fasilitas Laboratorium dan Riset
Menurut Prof Jefri, ilmu teknik tidak bisa hidup tanpa eksperimen. Laboratorium adalah jantung dari pendidikan teknik, tempat ide diuji dan konsep diwujudkan. Namun banyak kampus, terutama di daerah, masih terbatas alat dan sarana untuk riset yang memadai.
Ia menilai, jika Indonesia serius ingin mencetak insinyur kelas dunia, maka investasi pada laboratorium harus menjadi prioritas nasional.
“Karena kita mempelajari bidang ilmu teknik ini harus banyak bersentuhan dengan eksperimental dan simulasi yang membutuhkan alat-alat laboratorium yang cukup memadai,” ujarnya.
Bagi Prof Jefri, mahasiswa teknik harus belajar langsung, bukan hanya teori di kelas.
“Langsung praktik,” tegasnya.
3. Kolaborasi antara Pemerintah, Industri, dan Akademisi
Habibie, kata Prof Jefri, bisa besar karena hidup dalam ekosistem yang memberi ruang bagi inovasi. Hari ini, kolaborasi seperti itu masih lemah di Indonesia. Dunia akademik sering berjalan sendiri, sementara industri dan pemerintah memiliki agenda yang tak selalu selaras.
Padahal, sinergi di antara ketiganya adalah kunci agar hasil riset kampus bisa bertransformasi menjadi produk nyata di dunia industri.
“Industri dan universitas memerlukan intervensi kebijakan pemerintah yang hadir dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung perkembangan industri-industri tertentu termasuk industri penerbangan,” katanya.
Kolaborasi ini penting untuk menutup kesenjangan antara teori di kampus dan kebutuhan di dunia industri. Bagi Prof Jefri, peringatan Hari Penerbangan Nasional seharusnya menjadi momen refleksi, apakah bangsa ini masih setia pada cita-cita ilmiah Habibie?
“Saya yakin, kalau generasi muda fokus, disiplin, dan punya semangat rekayasa, kita pasti bisa menghadirkan lagi Habibie-Habibie yang baru,” ujar Prof Jefri penuh optimis.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:

Discussion about this post