Oleh: Mohammad Nasir
Aktivis organisasi pers Katherina Margaretha Saukoly berpulang dengan tenang di Rumah Sakit Koja, Jakarta Utara, sehari setelah dirawat karena komplikasi diabet.
Ketty— demikian panggilan akrabnya— melepaskan napas terakhir di usia 54 tahun, pukul 22.00 WIB, Kamis 19 Februari 2023. Detik-detik terakhir kepulangannya, ia didampingi Johanes, satu-satunya saudara kandungnya yang masih hidup.
Jenazahnya dimakamkan Sabtu, 21 Januari 2023, sekitar pukul 14.00 di Tempat Pemakaman Umum Budi Darma, Semper, Jakarta Utara.
Sebelum dimakamkan, jenazahnya dibaringkan di rumah Ketty di Kompleks Deperla H-3, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Kawan-kawannya datang melayat dan mendoakan. Ada kelompok wartawan istana presiden, ada kelompok Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dan ada teman-temannya dari pengurus PWI Peduli seperti wartawan senior Karim Paputungan, Elly Sri Pujianti serta Ernawati Siahaan.
Ucapan duka cita datang dari mana-mana baik sebagai kawan pribadi maupun organisasi. Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Atal S Depari dan jajaran pengurusnya juga turut berduka, dan mengirim karangan bunga duka cita.
Begitu pula perkumpulan mantan wartawan istana (mawar istana) juga berkirim bunga sebagai tanda berduka.
Bersama kawan-kawannya yang berasal dari Maluku, dia sempat ikut menulis buku berjudul “Bersatu Manggurebe Maju”.
Selain ditulis Ketty buku ini ditulis oleh wartawan-wartawan asal Maluku seperti M. Noeh Hatumena, John N. Sahusilawane, Levinus Kariuw, James Luhulima serta tokoh dari Maluku Letjen TNI (Purn) Suaidi Marasabessy.
Ketty memang punya pergaulan luas. Banyak teman. Dia mudah bergaul dengan siapa saja. Selama beberapa tahun terakhir, wartawan utama ini mengabdikan dirinya sebagai sekretaris panitia tetap lomba karya jurnalistik Adinegoro.
Dia juga tercatat sebagai pengurus PWI Peduli Pusat yang merupakan organisasi sosial dan kemanusiaan PWI Pusat.
Kegiatan organisasi dan sosialnya tinggi. Ketty memilih hidup sendiri dan memaksimalkan kegiatan sosial serta urusan organisasi.
“Mas Nasir, hubungi saya kalau perlu bantuan, Ketty pasti bantu,” kata Ketty kepada penulis yang sama-sama sebagai relawan di PWI Peduli ketika ia mulai bergabung di PWI Peduli.
Sebagai wartawan Ketty punya banyak kegiatan di luar kantornya. Tetapi kegiatannya tidak jauh-jauh dari organisasi pers. Maka tidak salah jika ia disebut sebagai aktivis organisasi pers.
Discussion about this post