“Sebab length of stay atau durasi kunjungan yang lebih lama, para peselancar juga bisa tinggal satu sampai dua minggu jika ombak yang didapat bagus. Ditambah quality of spending atau jumlah biaya yang dikeluarkan juga tinggi, sehingga sangat berpengaruh pada kebangkitan pariwisata,” ujarnya menambahkan.
Direktur Event Nasional dan Internasional Kemenparekraf/Baparekraf Dessy Ruhati ikut menambahkan. Kata dia, sport tourism merupakan bagian dari pariwisata berkualitas yang menguntungkan lantaran target pasarnya sangat spesifik dan tersegmentasi dengan baik.
“Pariwisata berbasis olahraga menyumbang 25 persen dari total penerimaan industri perjalanan dan pariwisata. Untuk meraih pariwisata berkualitas, kita bisa ditopang dengan pariwisata berbasis olahraga. Dan ini merupakan bagian dari portofolio produk wisata Indonesia yang secara konsisten didukung pengembangan dan diversifikasinya,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PB PSOI) Arya Sena Subyakto mengatakan hal yang unik dari penyelenggaran WSL di G-Land lantaran berada di dalam taman nasional yang memiliki beberapa zona, mulai dari zona konservasi hingga pemanfaatan. Sehingga para peserta memiliki pengalaman yang menyenangkan dan tidak terlupakan saat datang berlomba di Indonesia.
Kemudian, di tengah laut dibangun judge tower yang digunakan sebagai tempat penilaian para juri. Hal itu menjadi istimewa, sebab tidak semua lokasi turnamen selancar menggunakan hal tersebut dan saat ini hanya ada di Tahiti dan Fiji.
“Untuk sistem penjurian istimewanya pertandingan ini adalah karena ombaknya ada di tengah, jadi kita harus bikin judge tower atau panggung untuk juri di laut, makanya kalau pengunjung enggak bisa lihat dari pinggir,” katanya.
Discussion about this post