<strong>PENASULTRA.ID, WAKATOBI</strong> - Pengembangan komoditas bawang merah merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan program prioritas merdeka pangan disektor pertanian atau yang dikenal dengan ketahanan pangan. Di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) program merdeka pangan ini merupakan program unggulan yang dicanangkan Bupati dan Wakil Bupati, Haliana-Ilmiati Daud di massa kepemimpinannya selama lima tahun kedepan. Selain sektor ketahanan pangan yang dicita-citakan itu, pemerintahan Haliana-Ilmiati Daud juga mengusung program prioritas lainnya. Yakni, sektor kelautan, perikanan dan pariwisata dalam mencapai visi menjadikan Wakatobi sebagai kabupaten konservasi maritim yang Sejahtera, Sehat, Religius dan Cerdas (Sentosa). Guna mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wakatobi secara resmi meluncurkan pengembangan komoditas bawang merah di atas lahan adat (<em>sara</em>) Mandati, Jumat 15 Oktober 2021. Dalam acara yang diresmikan langsung Bupati Haliana itu turut pula dihadiri perwakilan dari Kementerian Kordinator Maritim dan Investasi (Kemenkomarves), Forkopimda, anggota DPRD, organisasi perangkat daerah (OPD) dan sejumlah petani bawang merah yang ada di pulau Wangi-wangi. Selain bawang merah, kedepan Pemda juga akan mendorong komoditas pertanian lainnya untuk dikembangkan. Seperti, tanaman porang, padi dan pangan lokal lainnya yang saat ini sudah mulai digalakkan secara mandiri oleh masyarakat petani Wakatobi. [caption id="attachment_17578" align="alignnone" width="1152"]<img class="wp-image-17578 size-full" src="https://penasultra.id/wp-content/uploads/2021/10/Wujudkan-Merdeka-Pangan-Pemkab-Wakatobi-Rangkul-Petani-dan-Tokoh-Adat2.jpg" alt="Perwakilan Kemenkomarves melaunching pengembangan bawang merah dengan memukul gong. Foto: Deni La Ode Bono" width="1152" height="723" /> Perwakilan Kemenkomarves melaunching pengembangan bawang merah dengan memukul gong. Foto: Deni La Ode Bono[/caption] <strong>Bantuan Bibit Hingga Pengolahan Lahan Diberikan</strong> Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Wakatobi, Tamrin menjelaskan, untuk tahap awal petani yang ada di Desa Komala dan Fungka diberikan bantuan bibit bawang sebanyak 2,8 Ton dengan memanfaatkan lahan sara dan warga seluas 4 hektar. Adapun penanaman bawang ini dilakukan dengan sistem demplot. Para petani kata dia, dibina oleh penyuluh agar mengetahui cara penanaman, perawatan dan pemupukan bawang yang baik sehingga hasilnya lebih berkualitas. Bahkan, pengolahan tanah pascapanen pun akan diajarkan kepada petani. "Jadi untuk mewujudkan merdeka pangan, maka tentu kita mendorong petani untuk bertani dalam skala yang besar. Sistem cocok tanam yang baik harus kita ajarkan kepada petani secara terukur," kata Tamrin saat diwawancarai wartawan Penasultra.id di lokasi penanaman bawang merah di sara Mandati, Desa Komala. "Sistem demplot ini kita akan bukukan agar jadi bahan untuk seluruh petani dengan harapan mereka bisa bercocok tanam dengan cara yang baik dan hasil yang memuaskan," ujarnya menambahkan. Setiap hasil pertanian komoditas bawang merah maupun lainnya nantinya akan dibeli Pemda melalui Perusahan Daerah (Perusda), kemudian dipasarkan keluar daerah. [caption id="attachment_17579" align="alignnone" width="1152"]<img class="size-full wp-image-17579" src="https://penasultra.id/wp-content/uploads/2021/10/Wujudkan-Merdeka-Pangan-Pemkab-Wakatobi-Rangkul-Petani-dan-Tokoh-Adat3.jpg" alt="Kadis Pertanian, Tamrin. Foto: Deni La Ode Bono" width="1152" height="678" /> Kadis Pertanian, Tamrin. Foto: Deni La Ode Bono[/caption] <strong>Perda Ketahanan Pangan Digodok DPRD</strong> Menurut Tamrin, sesuai RPJMD Pemda Wakatobi tahun 2021-2026 yang sudah diajukan ke DPRD, pengembangan bawang merah secara besar-besaran akan dilakukan tahun 2022 di pulau Wangi-wangi, Kaledupa dan Tomia. Sejalan dengan itu, Bupati Wakatobi, Haliana mengatakan, program merdeka pangan merupakan upaya menjawab tantangan global terhadap ancaman krisis pangan. Untuk itu, dalam pemerintahannya selama 5 tahun kedepan pihaknya mendorong pengembangan beberapa komoditas pangan. Untuk memperkuat arah kebijakan ketahanan pangan, Haliana mengatakan, telah mengajukan Raperda Lahan Ketahanan Pangan Berkelanjutan ke DPRD. Dengan langkah ini akan memuluskan intervensi bantuan pangan berkelanjutan dari Kementerian untuk mengisi ratusan hektar lahan kosong yang ada di Wakatobi. "Kali ini baru uji coba. Tahun depan kita akan dorong masyarakat kembangkan bawang merah secara besar-besaran karena sangat potensial dan pasarnya juga bagus. Kalau ini berhasil saya yakin masyarakat akan sejahtera," ujar Haliana. Saat ini, sejumlah masyarakat petani Wakatobi lainnya telah mengembangkan tanaman porang dan padi. Porang yang ditanam petani itu sangat baik. Satu pohon bisa menghasilkan 4 Kg. Harga mentah per-Kg Rp.7000. "Kedepan Pemda akan membelinya dari masyarakat kemudian diolah menjadi bahan setengah jadi sebelum dipasarkan ke luar daerah. Selain itu kita sedang berpikir jenis pangan lokal yang memiliki nilai ekonomi tinggi agar bisa dikembangkan tahun depan," ujar Haliana. Program ketahanan pangan yang dicanangkan saat ini didukung dengan penetapan Wakatobi sebagai salah satu daerah dari enam kabupaten/kota sebagai pusat pengembangan bawang merah di Sultra. [caption id="attachment_17580" align="alignnone" width="1152"]<img class="size-full wp-image-17580" src="https://penasultra.id/wp-content/uploads/2021/10/Wujudkan-Merdeka-Pangan-Pemkab-Wakatobi-Rangkul-Petani-dan-Tokoh-Adat4.jpg" alt="Bupati Wakatobi, Haliana saat memberikan sambutan dalam acara launching pengembangan bawang merah. Foto: Deni La Ode Bono" width="1152" height="672" /> Bupati Wakatobi, Haliana saat memberikan sambutan dalam acara launching pengembangan bawang merah. Foto: Deni La Ode Bono[/caption] <strong>Misi Penghijauan</strong> Untuk mendukung visi konservasi, di tahun 2022 lahan yang sudah terisi dengan jati dan mahoni namun mati akibat kebakaran hutan akan ditanami pohon klengkeng sekitar 10 hektare. Selain misi penghijauan, pohon klengkeng juga akan berdampak ekonomi bagi masyarakat yang memanfaatkan buahnya untuk dijual. Haliana optimis, dengan pengembangan bawang merah dan komoditas pangan lainnya pengganti beras mampu memperkuat ketahanan pangan di Wakatobi. Selain itu, juga dipercaya dapat menambah nilai ekonomi bagi masyarakat petani. "Saya yakin sekali saat ini pangan kita mulai berkurang. Dari 14 jenis pangan lokal yang selama ini kita konsumsi sudah mulai dipasok dari Lasalimu dan Kamaru. Olehnya itu program merdeka pangan ini adalah langkah untuk mencegah krisis pangan kita dengan cara pengembangan besar-besaran," kata Haliana. "Selain ketahanan pangan kita terjaga, cara ini mampu mengurangi daya beli masyarakat kita ke daerah lain, sehingga uang masyarakat kita berputar hanya di Wakatobi," tambah Haliana. Untuk itu, guna mewujudkan program merdeka pangan, Haliana meminta kerja sama kolaborasi semua pihak, baik pemerintah pengusaha, pemangku adat dan masyarakat. Para pemangku adat dilibatkan untuk membicarakan kerja sama agar lahan adat yang dimanfaatkan dapat berkontribusi positif demi kesejahteraan masyarakat Wakatobi.(<strong>Adv/*)</strong> <strong>Penulis: Deni La Ode Bono</strong> <strong>Editor: Irwan</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://youtu.be/kUZV0NLr6uI
Discussion about this post