Oleh: Hendrik
Pemuda Indonesia baru saja merayakan sebuah ikrar yang menunjukkan kapasitas dan kesiapan kaum muda untuk menjunjung segala perbedaan dalam satu kesatuan dalam menghadapi penjajah di Nusantara.
Ikrar tersebut telah dicetuskan pendahulu mereka pada tanggal 27-28 oktober 1928 hingga pada tanggal 28 oktober 2021 yang isinya menyatakan; “Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia”.
“Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia”. “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”.
Para pemuda bersumpah kepada Indonesia akan bersatu dalam tumpah darah, bangsa, dan bahasa.
Walau waktu terus berlari dan zaman niscaya berganti namun janji akan selalu menuntut bukti. Bahwa pemuda akan selalu menghaturkan bakti memastikan Sumpah Pemuda tetap relevan hingga kini.
Janji dan sumpah itu telah berusia 93 tahun yang tentu menjadi harapan agar pemuda pemudi Indonesia dapat mengamalkan serta mengimplementasikan tiga butir isi sumpah pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Inilah tanda sebuah perjalanan panjang dari lahirnya sebuah kesadaran kritis para pemuda dimasa lalu untuk menjunjung kepentingan bersama sebagai sebuah bangsa yang majemuk di tengah upaya pemerintah kolonial Belanda yang melakukan politik devide et impera.
Sumpah Pemuda merupakan momentum mengingatkan ikrar pemuda-pemudi Indonesia akan pentingnya persatuan di setiap aspek kehidupan. Pengakuan ini tentu saja belum cukup tanpa dibarengi pengamalan setiap baris sumpah pemuda-pemudi.
Kita semua tahu, bahwa kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia tidak luput dari peran para pemuda. Peran pemuda dalam perubahan tata negara di Indonesia bermula saat Kongres Pemuda Kedua menyepakati ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta).
Kemajemukan Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan budaya tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para pemuda pemudi Indonesia masa kini untuk mengamalkan tiap tiap butir yang ada dalam Sumpah Pemuda, dimana disintegrasi bangsa sewaktu waktu dapat menjadi ancaman persatuan dan kesatuan dan masalah ini sudah pernah terjadi di Negeri ini seperti maraknya penyebaran ideologi selain pancasila, konflik agama, iklim dan etika politik yang tidak sehat hingga menurunnya tingkat toleransi di tengah masyarakat.
Sebagai generasi muda kita tentu tidak hanya belajar dan belajar tetapi harus ada pengabdian atau rasa rela berkorban terhadap negara baik itu dalam bentuk perbuatan maupun kritikan kepada para pemangku jabatan demi terciptanya masyarakat yang sejahtera dan iklim politik yang sehat.
Bagian demi bagian dari kilas perjuangan pemuda terdahulu juga dapat membentuk karakter pemuda masa sekarang. Meskipun semangat yang dijunjung memiliki orientasi yang berbeda, namun baik pemuda terdahulu maupun masa kini memiliki satu sisi yang beririsan. Irisan yang dimaksud adalah perihal bentuk perjuangan yang digenggam.
Jika pemuda terdahulu memiliki tugas besar untuk memperjuangkan kemerdekaan, maka tugas pemuda saat ini adalah merawat kemerdekaan itu. Terbukti dewasa ini tekad dan komitmen yang kuat oleh pemuda untuk merawat kebhinekaan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Tiga butir isi Sumpah Pemuda tidak boleh dimaknai dan diamalkan secara tekstual saja, tetapi harus disesuaikan dengan kondisi zaman dengan menjadi pemuda harapan masa depan bangsa yang kreatif dan inovatif, kesampingkan sikap individualistis, senantiasa memupuk semangat nasionalisme serta junjung tinggi rasa cinta Tanah Air.
Akan menyedihkan jika pemuda ikut mempertajam perpecahan, malah aktif menyebarkan ujaran kebencian. Gampang hanyut oleh informasi sembarangan dan larut dalam propaganda politik murahan.
Discussion about this post