Oleh: Syamsir Datuamas
Sejarah akan terus mengenang Sumpah Pemuda. Sebab sejak awal, semangat lahirnya Sumpah Pemuda berlandaskan satu tujuan besar yaitu menyatukan pemuda dari berbagai daerah, menyatukan pemuda dari berbagai suku dan budaya, serta menyatukan pemuda dari seluruh tanah air Indonesia demi tegaknya peradaban bangsa.
Inilah fondasi yang membuat Indonesia berdiri kokoh hingga hari ini.
Kita juga tidak pernah lupa pesan moral yang begitu dalam dari Sang Proklamator, Ir. Soekarno, “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Tapi berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.
Pesan ini menjadi pengingat bahwa pemuda adalah kekuatan utama bangsa. Namun kita tidak ingin kata-kata itu berubah menjadi seremonial belaka, hanya dibaca setiap 28 Oktober tanpa makna, tanpa tindakan.
Perkembangan zaman bergerak sangat cepat. Penjajahan hari ini tidak lagi berbentuk perang fisik, tetapi serangan psikologis, budaya, dan pola pikir.
Di lapangan, kita melihat banyak problem yang menjerat pemuda, kecanduan judi online, terjerumus narkoba, hingga kehilangan identitas karena meniru budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai kita. Semua ini terjadi karena ketidakmampuan kita sebagai pemuda menyaring arus perubahan.
Budaya asing yang dulu hanya kita lihat dari jauh, kini masuk lewat gawai (perangkat elektronik) dan media sosial, bahkan tumbuh di lingkungan kita sendiri. Jika kita tidak sadar, ini akan menjadi tanda kemunduran pemuda Indonesia. Padahal, seharusnya pemuda menjadi benteng nilai, bukan korban keadaan.

Discussion about this post