PENASULTRAID, KONAWE SELATAN — Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ihsan terus menunjukkan perannya sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang tumbuh dari akar masyarakat.
Pimpinan Ponpes Darul Ihsan, Muhammad Yunus Ibrahim mengungkapkan bahwa berdirinya Ponpes Darul Ihsan tidak terlepas dari proses panjang pengabdian pendidikan. Awalnya, lembaga ini hanya berupa Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang melayani kebutuhan dasar pendidikan keislaman masyarakat setempat.
Seiring meningkatnya kepercayaan publik dan kebutuhan pendidikan yang lebih komprehensif, TPQ tersebut kemudian berkembang menjadi pondok pesantren.
“Awal berdirinya ponpes ini bermula dari TPQ. Dari situ, perlahan berkembang hingga menjadi lembaga pendidikan pondok pesantren yang mengelola beberapa jenjang pendidikan formal dan nonformal,” jelas Yunus baru-baru ini.
Ia menyebutkan, saat ini pesantren yang dipimpinnya membina 167 santri putra dan putri yang berasal dari berbagai daerah di Sulawesi.
“Santri kami saat ini berjumlah 167 orang, terdiri dari santri laki-laki dan perempuan. Mereka tidak hanya berasal dari Konawe Selatan, tetapi juga dari Kolaka, Baubau, Sulawesi Tengah, serta daerah sekitar lainnya,” ujar Yunus saat ditemui di lingkungan pesantren.
Yunus menjelaskan, saat ini, Ponpes Darul Ihsan mengelola PAUD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), hingga pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Menurut Yunus, perkembangan ini menjadi bukti nyata bahwa pesantren mampu beradaptasi dengan kebutuhan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar keislaman.
Ia juga mengungkapkan bahwa pesantren ini sebelumnya bernama Hidayatullah, sebelum akhirnya bertransformasi dan berganti nama menjadi Darul Ihsan sebagai simbol penguatan visi dan arah pendidikan ke depan.

Discussion about this post