Beda dengan orang yang berpikir bahwa semua perbuatan akan dipertanggungjawabkan di akhirat tentu akan mempertimbangkan konsekuensi logis dari apa yang diperbuatnya.
Lagi pula jika ditelisik lebih lanjut masalah LGBT bukanlah semata-mata persoalan cinta atau romantisme suami istri dari pasangan dengan orientasi seksual menyimpang, tetapi lebih kepada perlakuan hukum yang sama seperti pasangan suami istri yang normal. Misal, mengenai hak asuransi yang sama seperti pasangan lainnya atau masalah pemotongan pajak karena ada perbedaan jika single dan berumah tangga. Itu nampaknya yang terjadi di beberapa negara maju seperti Amerika.
Aktualisasi Cinta LGBT Harus Diperjuangkan?
LGBT bukan hanya terkait masalah lokal, nasional apalagi personal tapi merupakan gerakan global, dimana para pelakunya berusaha untuk mendapatkan penerimaan sosial, penerimaan politik bahkan penerimaan hukum.
Artinya, kaum dengan orientasi seksual menyimpang ini berusaha untuk melakukan kampanye di berbagai aspek melalui berbagai media agar masyarakat dunia memaklumi dan menerima orientasi seksual mereka sehingga hal itu menjadi lumrah di masyarakat dan tidak dianggap sebagai sebuah kemaksiatan apalagi kejahatan.
Apa yang mereka perjuangkan dari aspek penerimaan hukum sudah nampak di beberapa negara, pun dari segi politik di beberapa negara yang menduduki jabatan kekuasaan tidak sedikit dari orientasi seksual LGBT atau bahkan pejabat negaranya tidak sungkan lagi mendeklarasikan istrinya yang ternyata dari kaum LGBT.
Secara sosial pun sepertinya masyarakat sudah menurunkan kewaspadaannya bahkan dianggap sebagai sesuatu yang lucu dan menghibur laki-laki yang bergaya perempuan sebagai tontonan lawak di berbagai media, dijadikan podcast atau simbol-simbol serta emoticon dan itu hampir dianggap biasa oleh masyarakat.
Karena itu jangan merasa aman dengan kondisi yang ada, harus berani bersikap menolak sebab jika tidak maka komunitas mereka akan semakin besar dan selanjutnya akan memengaruhi dalam politik.
Segala kebijakan akan mudah mereka endorse untuk memperkokoh eksistensi kaum “pelangi” ini, ketika mereka diterima secara politik maka mereka akan menduduki jabatan penting dalam kekuasaan dan tentu sudah kebayang bahayanya.
Kampanye yang massif pun menyasar negara-negara berkembang yang mengalami bonus demografi dengan kuantitas penduduk yang tinggi dan kebanyakan mayoritas muslim.
Padahal dalam Islam kaum LGBT ini mendapat laknat Allah SWT sebagaimana kaum Luth yang melampaui batas dan melakukan tindakan keji dengan melakukan aktivitas seksual dengan sesama jenis. Bahkan dalam Islam hal ini merupakan tindak kejahatan dan pelakunya mendapat sanksi yang tegas hingga dibunuh atau hukum mati jika melakukan aktivitas ini.
Olehnya itu jangan menurunkan energi perlawanan karena ini adalah tindakan yang menjijikkan. Selain itu jika dibiarkan akan menularkan perilakunya pada yang lain apalagi anak-anak muda yang masih labil, bahkan sekolah keagamaan pun tak luput dari serangan massif LGBT.
Jangan sampai ketika dibiarkan maka yang akan jadi korbannya banyak dan meluas ke semua kalangan dan boleh jadi orang terdekat kita pun menjadi sasaran dan korbannya.
Lebih penting lagi bahwa LGBT itu gerakan global yang didukung secara ekonomi oleh perusahan kelas dunia. Jadi ketika mereka semakin massif mengkampanyekan maka kita yang menolak juga harusnya bersikap menentangnya. Jangan sampai kaum “pelangi” ini menjadi besar dan akhirnya kita tidak memiliki kekuatan untuk menghentikannya.
Memang harus ada keinginan politik dari pemerintah sendiri untuk membuat regulasi terkait pelarangan tersebut, tanpa itu maka komunitas pelangi ini justru akan semakin bergerilya dan membesar. Maka itu bersuaralah, berikan pemahaman yang akan membentuk kesadaran pada masyarakat.
LGBT itu tidak sesederhana yang dibayangkan karena perilaku ini didukung oleh perusahan kuat nan besar dan boleh jadi juga didukung oleh negara yang kuat, untuk menghentikan laju pertumbuhan penduduk negara lain dengan motif supaya mereka tidak menjadi kuat secara demografi dari aspek kuantitatif dan kualitatif, karena kalau kuat maka akan mampu untuk menjadi pemimpin dunia, dan siapa paling dirugikan dalam hal ini?
Tentu saja negara adidaya yang berkuasa saat ini dan sekutu yang memiliki kepentingan untuk hal demikian. Karena itu setelah senat Thailand mendeklarasikan penerimaan terhadap LGBT dan menjadi sah di negara tersebut, akankah negara-negara di Asia Tenggara menyusul untuk melegalkan perilaku ini, terkhusus negara kita? Semoga tidak!. Wallahu a’lam.(***)
Penulis adalah Guru dari Pomalaa- Kolaka, Sulawesi Tenggara
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post