Namun, sebagian besar aktivis dan oposisi tidak melihat faktor PKB. Tetap sasaran empuk kritik dialamatkan kepada Presiden Jokowi. Nah, kekuatan oposisi dan aktivis sebagian besar lompatan dukungan ke Anies Baswedan sebagai antithesa terhadap rezim Jokowi.
Kenapa demikian, Anies Baswedan sendiri sebagai tokoh utama kalangan mahasiswa dalam gerakan reformasi. Sementara Prabowo Subianto alumni kombatan rezim orde baru yang ikut menikmatinya. Walaupun ditengah jalan mundur sebagai tentara karena inginkan reformasi berjalan baik.
Sementara, Ganjar Pranowo tak terlihat jelas dalam peta gerakan reformasi 1998. Walaupun banyak yang mengakuinya terlibat dalam gerakan reformasi. Tapi tak terdengar santer seperti Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar, Budiman Sujatmiko, Faezal Assegaf, Fahri Hamzah, Andi Arief dan lainnya. Itulah yang membuat banyak aktivis pindah dukungan ke Anies Baswedan dalam pilpres 2024 mendatang sebagai antitesa rezim Jokowi.
Kembali ke analisa, pada saat simulasi capres-cawapres muncul: pertama, Prabowo-Muhaimin, Ganjar-Sandiaga, Anies-AHY. Maka yang keluar sebagai pemenang adalah Prabowo-Muhaimin. Tetapi, Prabowo enggan meminang Cak Imin, kena mental rezim. Termasuk kekecewaan PKB merubah nama koalisi dari KKIR menjadi Indonesia Maju.
Kedua, Prabowo-Gibran (Erick Tohir), Ganjar-Muhaimin (Sandiaga), Anies-Gatot Nurmantyo (AHY). Maka pemenangnya: Anies-Gatot (AHY).
Ketiga, jika Muhaimin Iskandar ingin menang, maka PKB bisa memindahkan dukungan ke koalisi Perubahan dan Perbaikan. Artinya pasangan Anies-Muhaimin pemenangnya. Sekalipun, melawan Prabowo-Gibran (Erick Tohir) dan Ganjar-Sandiaga (AHY).
Kemudian, jika ingin Pilpres satu putaran saja. Sebaiknya, PDIP gabung menawarkan Ganjar menjadi cawapres Anies Baswedan. Pasangan Anies-Ganjar, perkirakan satu putaran. Tetapi, pasangan ini sulit terjadi. Mimpi siang bolong kalau memang PDIP gabung ke koalisi perubahan tanpa syarat. Sudah tertutup pintu. Anies sudah memilih Cak Imin.
Jika terjadi demikian, apa nilai positifnya. Partai Demokrat, PKB, Partai Ummat, dan PKS tetap dalam koalisi perubahan. Karena, hubungan kelembagaan partai maupun hubungan tokoh sentral partai koalisi perubahan sudah kuat secara emosional dan kekeluargaan. Silaturahmi sering dilakukan.
Jika Partai Demokrat bergabung ke koalisi PDIP, menggusung Ganjar-AHY, maka harus menerima kekalahan. Walaupun sebagian besar instrumen dimainkan. Tetap melambat dan tidak ada kemajuan. Mengapa demikian, hubungan emosional antara Ganjar dan AHY belum terbangun secara baik. Begitu juga, hubungan komunikasi tokoh sentral kedua partai yakni Megawati dan SBY juga belum ada pertemuan intensif. Sulit terjadi koalisi PDIP-Demokrat. Walaupun sudah terjalin komunikasi sebelumnya.
Discussion about this post