Ternyata tidak semulus yang dibayangkan, masih tetap ada hambatan dan air mata yang harus aku keluarkan. Tepat jam 12:00 WIB, jenazah Mama baru dibawa ke rumah sakit untuk dimandikan dan dimakamkan secara Covid.
Disaat itu juga kakakku dengan kondisi tubuh drop, capek, tetap berusaha datang saat pemakaman Mama.
Semua itu belum selesai, beberapa hari Mama pergi untuk selamanya, kakakku masuk rumah sakit lagi. Kondisi yang lebih menyedihkan Drop + HD + Covid-19. Dimana dia masuk ICU Covid dengan sisa oksigen di bawah 60 %, dan kami tidak boleh masuk.
Kami hanya bisa mengintipnya lewat jendela. Kami tetap datang pagi, siang, malam untuk memberi semangat untuknya. Dimana kami berusaha untuk tenang dan terlihat baik-baik saja, walaupun sebenarnya kami menahan rasa sedih yang amat sakit.
Ada dimana waktu dokter memanggil kami, dokter minta tanda tangan kami untuk menyetujui kalau disaat kondisi tidak memungkinkan, kakakku akan dipasang alat oksigen bantu, dengan risiko yang amat menyeramkan bagi kami.
“Dia kuat, dia akan sadar, jika dia tidak kuat dia akan koma,” kata dokter.
Jika terjadi pada kalian, mungkin kalian juga bingung memilih yang mana?? Pilihan yang seakan-akan dua-duanya jalan “Buntu”.
Hari demi hari kami lewati di rumah sakit, berbagai kondisi yang kami lihat, yang pulang dengan sehat, dan ada yang pulang tidak bernyawa lagi, tetap semua itu harus dilewati.
Hari demi hari berlalu begitu saja, dan akhirnya tepat bulan Maret 2022, kakakku bebas dari semua cobaan. Puji Tuhan dia masih dikasih kesempatan untuk berjuang hidup lebih sehat lagi, lebih baik lagi, yang lebih penting lebih sayang dan peka terhadap diri sendiri.
Mungkin Ini termasuk teguran Tuhan agar kita bisa lebih sayang diri sendiri dan menghargai diri sendiri.
Discussion about this post