Bahkan tidak jarang para pemuda pemudi yang kasmaran tenggelam dalam romansanya sehingga bergelut dalam kemaksiatan, berbuat zina untuk melampiaskan perasaan cintanya pada orang yang disukai, sangat memprihatinkan bahwa cinta yang agung harus dibalut dengan duka kemaksiatan akibat kebablasan dan salah mengartikan cinta.
Padahal cinta bukanlah tentang seberapa besar memiliki pasanganmu, pembuktiannya bukanlah dengan scanning tubuhnya tapi bagaimana menyadarkan orang yang dicintai untuk semakin baik dalam mengarungi hidup, semakin cerdas dalam berpikir dan semakin baik dalam bersikap dan tentu saja kebaikan di dunia dan akhirat.
Hal yang paling penting bahwa drama romansa hari kasih sayang yang dilakukan oleh bukan pasangan yang sah, justru akan menimbulkan dampak buruk pada kesehatan fisik dan mental sebab romantisme itu bersifat temporal, siapa yang jamin bahwa seseorang akan terus mencintai, apalagi cinta dan sayangnya ternyata menunggu momen, padahal yang namanya cinta itu tidak mengenal batas.
Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, siapa tahu suatu hari dia akan jadi musuhmu; dan bencilah orang-orang yang engkau benci sewajarnya, siapa tahu suatu hari dia akan menjadi kecintaanmu (HR.Tirmidzi).
Seseorang yang mencintai harusnya melindungi bukan menjerumuskan, orang yang mencintai akan selalu memotivasi pada kebaikan bukan mengajak pada kemaksiatan, seseorang yang mencintai akan mengarahkan pada kebenaran bukan mengajak berzina.
Karena itu momen kasih sayang dengan cokelat dan warna bunga hanya sekadar simbolis bukan hakikat cinta sesungguhnya, sebab cinta yang sesungguhnya tidak menunggu momen, bukan hanya sekadar simbol, tidak bersifat temporal.
Cinta itu lembut dan selalu mengajak pada kebenaran, maka cinta yang mengajak pada kemaksiatan bukanlah cinta tapi nafsu yang dibungkus dengan kata cinta. Cinta tidak menghanyutkan tapi cinta menyadarkan.
Cinta tidak menenggelamkan tapi cinta menaburkan kebaikan, cinta bukan sekadar cokelat dan setangkai bunga atau puisi romantis tapi cinta adalah pengorbanan dan kekuatan, harapan dan kejayaan, cinta itu adalah tunduk pada Pencipta dan taat pada aturannya, cinta itu jujur tidak menipu apalagi merusak mental dan fisik. Cinta itu adalah kekuatan dan harapan, maka belajarlah untuk mengenal cinta.
Cintaku Bukan Cinta Biasa
Jangan mencintai orang yang tidak mencintai Allah. Jika mereka bisa meninggalkan Allah, maka mereka juga akan meninggalkanmu (Imam Asy Syafi’i).
Discussion about this post