Namun disisi lain, penguasa juga memfasilitasi berkembangbiaknya free sex itu sendiri, yakni dengan mudahnya situs-situs porno masuk di berbagai media, berseliwerannya berbagai aktivitas yang mampu memicu timbulnya gejolak syahwat, seperti tayangan aktivitas pacaran, ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan), banyak perempuan mengumbar aurat. Ditambah dengan penyediaan tempat-tempat hiburan malam, cafe-cafe, diskotik dan lainnya. Bahkan, penguasa memberikan solusi sek aman dengan memakai kondom. Sehingga hal ini membuat generasi makin terjangkiti free sex.
Disadari ataupun tidak, akar masalah dari free sex adalah sistem kehidupan yang diadopsi oleh negeri ini yakni sistem kapitalis sekuler. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan umat manusia. Agama tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup, mereka justru menjadikan asas liberalisme (kebebasan) atas nama hak asasi manusia sebagai sandaran hidup. Alhasil, para generasi kering akan keimanan dan ketakwaan, yang ada mereka hanya mencari kesenangan dan kebahagian yang fana serta senantiasa mengikuti hawa nafsu mereka saja.
Selain itu, sistem pendidikan sekuler pun tak mampu mencetak generasi yang memiliki visi hidup yang kokoh, sebagaimana pada masa kejayaan Islam silam. Pendidikan sekuler hanya mencetak generasi-generasi yang berprofit kepada materi semata. Mencetak generasi yang justru menjadi tumbal industri kapitalisme dan mengokohkan berbagai ide-idenya yang bobrok, sebagaimana narasi moderasi beragama yang menyasar dunia pendidikan.
Kondisi generasi yang terjerat free sex saat ini pun diperparah dengan anggapan bahwa aktivitas zina merupakan aktivitas yang lumrah. Asal suka sama suka tak masalah. Tinggal menikah, masalah beres. Alhasil, aktivitas zina semakin menggurita di negeri mayoritas muslim ini. Padahal, dalam Islam aktivitas zina merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah, bahkan suatu perbuatan yang keji, firman Allah SWT. “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra : 32).
Allah SWT bahkan mengaitkan dosa zina dengan dosa besar lainnya, yakni syirik dan pembunuhan. Firman-Nya: “Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan( alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada Hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat” (QS al-Furqan: 68-70).
Sedangkan untuk menghindarkan masyarakat termaksud generasi dari aktivitas zina, maka negara Islam memiliki beberapa langkah. Pertama, penguasa mendorong setiap individu rakyat untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah. Hal tersebut menjadi pengontrol utama bagi rakyat dalam berbuat. Dengan keimanan dan ketakwaan mereka, maka akan menyandarkan setiap perbuatan kepada syariat Islam.
Begitu pun generasi akan berusaha untuk menggapai ridho Allah dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Karena mereka sadar bahwa setiap perbuatan alan dimintai pertangungjawaban kelak di akhirat.
Kedua, sistem pendidikan berbasis akidah Islam akan mampu mencetak generasi-generasi yang memiliki visi dan misi hidup yang kokoh. Generasi yang dihasilkan pun akan mampu menjadi agen of change yang mampu membawa suatu negeri pada peradaban gemilang, serta mampu berpikir untuk mencari solusi-solusi untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di negeri, bahkan dunia.
Discussion about this post