Indikasi penurunan ini, kata dia, terlihat dari berubahnya perilaku konsumen dalam berbelanja.
“Misalnya lebih memilih belanja online demi mengejar promo, dan juga berbelanja dalam jumlah sedikit tetapi lebih sering. Inilah yang menjelaskan kenapa tren berbelanja di quick-commerce meningkat, dan di saat yang sama konsumen sering berkunjung ke mal tetapi tidak berbelanja,” jelas Aska.
Dalam laporan kali ini, Jakpat mencoba melihat lebih spesifik ke lini quick-commerce dengan memberikan opsi dari e-commerce pada responden. Hasilnya, SPX Instant berada di posisi ketiga dalam urutan top 5 quick-commerce dengan persentase 24%.
SPX Instant, yang baru merilis layanan “Pengiriman Instant 2 Jam Tiba” pada Mei 2024, menyalip dua startup ride hailing yang sudah lebih dulu memiliki layanan quick-commerce. GrabMart berada di posisi keempat dengan penurunan 1% dibanding semester 1 2023 lalu, dari 24% ke 23%. Sementara, GoMart stabil dengan persentase 19%.
Kebiasaan dalam Belanja Online
Tiga dari 10 pengguna e-commerce mengaku berbelanja online pada pukul 18.00-21.00. Artinya, mereka lebih suka berbelanja setelah beraktivitas seharian. Berbeda dengan pengguna quick-commerce, sebanyak 27% dari responden belanja pagi menjelang siang, pukul 09.00-12.00.
Dari segi metode pembayaran, baik pengguna e-commerce maupun quick-commerce lebih senang memakai dompet digital (e-wallet). Metode lain yang juga disenangi adalah cash on delivery (COD) dengan persentase sekitar 60% untuk keduanya.
Discussion about this post