Oleh: Amrullah Andi Faisal
Kepala Rumah Sakit As Shifa di Gaza melaporkan pada Selasa (22/7/2025) bahwa 21 anak meninggal di seluruh wilayah Palestina itu, selama tiga hari terakhir, sebab kekurangan gizi dan kelaparan.
Kelaparan melanda warga Gaza di tengah bombardir yang terus dilakukan Israel. Anak-anak mati dalam pelukan ibunya sebab tiada susu, tanpa makanan, bahkan nihil air.
Dunia menonton genosida terbuka, dua miliar umat Islam cuma mampu menunduk, diam, tak bersatu, tanpa membalas. Sungguh dipermalukan.
Padahal kita umat besar. Jumlahnya dua miliar dan punya kekayaan.
Wilayah kita luas dari Indonesia sampai Maroko. Kita memiliki tentara, senjata bahkan nuklir. Tetapi seluruhnya sia-sia, kita bercerai-berai. Gaza diluluhlantakkan setiap hari, namun tiada pasukan Muslim ke sana. Tiada kepala negara Muslim yang mengerahkan kemampuan militer untuk membela saudara seaqidah.
Kita hanya menonton, menyumbang sekadarnya dan mengecam dalam kalimat. Kemudian mengharap Barat, yang malah jadi biang imperialisme. Kita berharap pada Perserikatan Bangsa Bangsa, lembaga kafir buatan penjajah, yang berkali-kali memihak kepada imperialis.
Inilah puncak kepasrahan yang memalukan. Gaza kelaparan, tapi dua miliar kaum muslim tak berkutik. Kenapa bisa? Sebab umat ini tidak bersatu Negeri-negeri Muslim berdiri sebagai negara-negara kebangsaan yang sibuk dengan urusan masing-masing.
Militer Mesir hanya diam di perbatasan Gaza. Tentara Turki, Pakistan dan Indonesia lebih sibuk ikut latihan bersama NATO dan Amerika Serikat. Seluruh pimpinan negeri Muslim dibungkam oleh kepentingan, ketakutan dan ketergantungan pada Barat.
Lebih menyengsarakan lagi, umat Islam tidak lagi memiliki tameng. Imam Muslim meriwayatkan sabda Rasulullah ﷺ, “Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.”
Discussion about this post