Pada masa Daulah Abbasiyah tunjangan guru sangat tinggi, Zujaj setiap bulan mendapat gaji 200 dinar. Sementara Ibnu Duraid digaji 50 dinar per bulan oleh al-Muqtadir.
Di masa Shalahuddin al-Ayyubi, Syekh Najmuddin al-Khabusyani yang menjadi guru di Madrasah al-Shalahiyyah, setiap bulannya di gaji 40 dinar dan 10 dinar untuk mengawasi wakaf madrasah.
Dengan gaji yang begitu tinggi, maka guru tidak perlu repot untuk mencari tambahan seperti yang dilakukan oleh guru saat ini terlebih guru honorer yang gajinya tidak seberapa, sementara beban hidup dari segi harga dan kebutuhan sangatlah tinggi. Sehingga guru masa Islam dapat fokus untuk mengajar dan membina anak didiknya dan tidak harus direpotkan dengan kepentingan mencari penghasilan lain yang berakibat pada menurunnya kinerja dalam mendidik.
Guru Inspirasi dan Teladan bagi Peserta Didik
Seseorang tidak akan mampu bertahan melahirkan banyak perubahan ketika tidak ada jasa guru yang memberikan pembinaan dan pengajaran pada mereka. Sangat ironis memang ketika guru hanya dijadikan sebagai pelampiasan dari lelahnya orang tua mengajar dan mengasuh anaknya padahal guru bukanlah tempat satu-satunya dalam proses pembinaan anak.
Kadang ada saja orang tua yang tidak mau bekerja sama bahkan sering menyalahkan guru ketika anak-anak mereka berusaha untuk didisiplinkan di sekolah.
Guru yang seharusnya dihargai keberadaannya karena jasa dalam mendidik justru banyak menjadi korban kekerasan dari orang tua dan anak didiknya. Penghargaan pada guru menjadi minim terhempas oleh egoisme dan arogansi. Persoalan yang dihadapi semakin rumit ketika seorang anak yang di bawah ke sekolah justru memiliki problem yang kompleks dalam lingkungan keluarga dan pergaulannya.
Tugas guru menjadi berat karena bukan hanya mendidik dan mengajar, tapi juga harus menata psikologis dan bahkan ikut andil menyelesaikan persoalan anak dan orang tua, bertambah lelah ketika beban administrasi menumpuk, belum lagi problem atau masalah pribadi yang ada di lingkungan keluarga maupun di masyarakat. Akhirnya guru hanya menangis dalam diamnya.
Guru adalah cahaya kehidupan yang tidak lekang oleh waktu, merupakan representasi dari mulianya peradaban suatu negara. Jika guru memiliki kapabilitas atau kemampuan yang baik dari segi pengetahuan emosional dan juga spiritual maka akan menjadi penerang bagi lahirnya peradaban emas yang gemilang yang akan menjadikan suatu negara itu maju.
Guru menjadi inspirasi dan teladan bagi peserta didik, di mana perilaku guru seringkali ditiru dan diikuti, maka sudah sepatutnya guru memberikan sesuatu yang terbaik bagi kemajuan pendidikan.
Guru hebat adalah yang mampu menginternalisasikan ilmu dan juga amalnya pada peserta didiknya. Peranan guru sangatlah besar maka sudah sepatutnya guru menjadi jendela pengetahuan bagi peserta didik, karena dari tangan gurulah akan terbentuk kepribadian peserta didik.
Discussion about this post