Padahal provokasi semacam ini akan memancing serangan balasan dari warga Palestina, yang kemudian seperti lingkaran setan karena akan digunakan kelompok garis keras Israel untuk memperkuat retorika mereka bahwa “Palestina adalah ancaman.”
Yang mengkhawatirkan, lanjut Yon, adalah serangan balasan dari kelompok Hamas yang berada di jalur Gaza dan milisi Palestina lainnya; yang menilai Al-Aqsa merupakan garis merah atau batas yang tidak boleh dilanggar.
Jika tidak ada upaya masyarakat internasional untuk menghentikan atau mencegah Israel menyerbu Al-Aqsa, Yon khawatir Hamas dan milisi Palestina lainnya akan mengambil tindakan sendiri.
Serbuan ke Al-Aqsa itu berlangsung sehari menjelang perayaan Pesakh (Paskah Yahudi) dan di tengah gelombang bentrokan antara pasukan Israel dengan warga Palestina di seantero Tepi Barat sejak awal tahun ini. Sejak 1 Januari lalu, seratus warga Palestina tewas oleh tentara dan pemukim Israel.
Kantor berita resmi Palestina, Wafa melaporkan, ketika insiden itu terjadi, salah satu masjid paling suci dalam agama Islam itu dipadati ratusan warga yang sedang menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan. Belum jelas apa yang memicu insiden tersebut.
Pasukan Israel mengatakan mereka terpaksa menggunakan kekerasan untuk mengevakuasi mereka yang bersembunyi di dalam masjid dan membawa petasan, batu dan pentungan.
Sementara itu, Kantor Berita Associated Press melaporkan puluhan “perusuh” ditangkap oleh polisi Israel.
Tokoh-tokoh Palestina mengutuk serangan itu. Juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeineh, mengingatkan Israel bahwa langkah semacam itu melampaui semua batas yang ada dan akan memicu ledakan besar.
Discussion about this post