Pada seminar nasional ini membahas mengenai Bencana Hidrometeorologi dan Antisipasinya. Diskusi ini turut mengundang Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan dan Waluyo Hatmoko selaku perwakilan dari Masyarakat Hidrologi Indonesia.
Sebagai salah satu negara paling rawan bencana di dunia, pengelolaan bencana di Indonesia memiliki beberapa faktor yang kompleks dan menantang. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Dunia yang berlokasi di Pacific Ring of Fire atau Lingkaran Api Pasific.
Menurut data dari BNPB, 80% gempa bumi dan 90% letusan gunung berapi terbesar di dunia terjadi di area Lingkaran Api Pasific.
Ada empat prioritas aksi yang sebaiknya dilakukan dalam penanganan bencana di Indonesia; (1) memahami risiko bencana, (2) memperkuat tata kelola risiko bencana untuk mengelola risiko bencana, (3) berinvestasi dalam pengurangan risiko bencana untuk ketahanan, dan (4) meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respons yang efektif dan untuk membangun kembali dengan lebih baik dalam pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
“Siklus pemulihan dan rekonstruksi dalam penanganan bencana di Indonesia, merupakan dua siklus yang harus diantisipasi. Saat ini kita mengupayakan tiap daerah kabupaten dan kota memiliki kajian risiko bencana yang akhirnya menjadi acuan penanggulangan bencana,” ujar Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati.
Perubahan iklim dan meningkatnya bencana hidrometeorologi menjadi tema diskusi yang dibawakan oleh Dodo Gunawan selaku Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG.
“Pada tahun 2021, kita telah mendekati masa ketika suhu mencapai batas kritis 1,5 derajat celsius. Saat ini tanda-tanda perubahan iklim sudah terasa karena di Kutub terjadi pencairan es dan permukaan salju semakin mencair. Di Puncak Jaya Papua saat ini mencair karena suhu sudah lebih dari 0 derajat Celsius,” ujarnya.
Discussion about this post