Oleh : Siti Komariah
Stunting atau masalah gizi kronis pada anak-anak bukanlah permasalahan baru di Indonesia. Tren stunting hingga saat ini belum berhasil menuai solusi tuntas. Bahkan jumlah balita penderita stunting di Indonesia menempati urutan ke-4 dunia dan tertinggi kedua di Asia Tenggara.
Pemerintah telah berupaya untuk menekan angka stunting dengan berbagai upaya, salah satunya dengan intervensi gizi, sebagaimana yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konawe Selatan.
Dilansir dari Kendaripos.co.id, 29 November 2021, angka penderita stunting di Konawe Selatan (Konsel) sejak Januari hingga September 2021 tercatat sebanyak 774 anak. Kondisi tersebut menjadi perhatian serius pemerintah kabupaten (Pemkab) dengan terus memaksimalkan penanganan secara multi sektoral dengan intervensi gizi spesifik dan sensitif.
Kepala Dinas Kesehatan Konsel, dr. H. Maharayu, melalui Kasi Gizi Masyarakat, Hasta Munanto, mengatakan, angka stunting sampai September 2021 berada di bawah 10 persen. Pada tahun 2020, jumlah anak penderita bahkan sebanyak 9.514 atau 16,7 persen. Sementara tahun 2021, terhitung sejak Januari sampai september ada 774 atau 6,3 persen.
Pada 2021 ini, untuk mendukung upaya penurunan prevalensi stunting, dilakukan upaya penguatan intervensi gizi spesifik. Yaitu meningkatkan cakupan pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri dan ibu hamil. Kemudian pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang mengalami masalah gizi.
“Termasuk pemberian makanan tambahan bagi balita 6 sampai 59 bulan yang kurus, serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita di Posyandu,” kata dia.
Namun, benarkah jika intervensi gizi spesifik dan sensitif. Yaitu meningkatkan cakupan pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri dan ibu hamil. Kemudian pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang mengalami masalah gizi, mampu menjadi solusi tuntas dalam permasalahan stunting?
Mengurai Akar Masalah Stunting
Discussion about this post