Oleh: Al Mujahid, S.Pd
“Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Isra’ : 1).
Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang memperingati perjalanan spiritual Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjid Al-Aqsha di Yerusalem, kemudian naik ke langit untuk menerima perintah salat langsung dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Peristiwa ini bukan hanya sekadar perjalanan mukjizat, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam dalam meningkatkan ibadah serta memperkuat tekad untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha dari penjajahan zionis Israel.
Isra’ Mi’raj terjadi pada periode yang dikenal sebagai Aamul Huzn (Tahun Kesedihan), saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menghadapi berbagai cobaan berat, seperti wafatnya dua pendukung utama beliau, yakni Khadijah binti Khuwailid dan Abu Thalib.
Dalam kondisi sulit tersebut, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan hiburan dan penguatan iman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melalui perjalanan luar biasa ini.
Dalam perjalanan Isra’, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjid Al-Aqsha dalam waktu yang sangat singkat, melampaui batas logika manusia. Sedangkan dalam perjalanan Mi’raj, beliau naik ke Sidratul Muntaha, bertemu dengan para nabi, serta menerima langsung perintah salat lima waktu yang menjadi kewajiban utama bagi umat Islam.
Spirit Peningkatan Ibadah
Isra’ Mi’raj mengajarkan bahwa salat adalah ibadah utama yang harus ditegakkan oleh setiap Muslim. Dalam perjalanan Mi’raj, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menerima perintah salat sebagai bentuk komunikasi langsung antara hamba dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Discussion about this post