Di sisi pengendalian dan pengelolaan limbah hasil tambang, PT Vale telah membangun lebih dari 100 unit fasilitas pengendalian sedimen secara berjenjang. Fasilitas ini berkapasitas total lebih dari 15 juta meter kubik. Pemantauan, pemeliharaan dan pengerukan fasilitas pengendap pun dilakukan secara berkala.
PT Vale juga mengoperasikan fasilitas pengelolaan limbah cair berteknologi inovatif, Lamella Gravity Settler (LGS) dengan teknologi setara fasilitas penjernihan air minum, yang dikembangkan bersama BPPT.
Di hadapan Jokowi serta Menko Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, dan Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Febry juga memaparkan ekspansi perseroan ke dua provinsi lainnya, yakni Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Kedua proyek pengembangan tersebut telah diresmikan masing-masing pada Februari 2023 dan November 2022 silam.
Menurutnya, kedua proyek juga selaras dengan visi pemerintah untuk mendorong konservasi dan pertambahan nilai untuk mineral yang ada di Indonesia.
“Pengembangan di Sulawesi Selatan, jika tidak ada kendala akan diresmikan pada tahun ini,” kata Febry.
Pada proyek pengembangan di tiga provinsi, PT Vale dan para mitra telah sepakat menerapkan komitmen ESG. Bagi PT Vale ESG bukan sekedar sebuah inisiatif, lebih dari itu ESG adalah jati diri dan perusahaan ingin membawa kemakmuran bagi semua orang.
“Kami percaya, bahwa tidak ada masa depan yang lebih baik tanpa pertambangan. Disisi lain, tidak akan ada pertambangan jika tidak ada kepedulian terhadap masa depan,” Febry menambahkan.
Discussion about this post