Kini, anak-anak Rumah Quran yang dibangun Ustad Fahmi sudah sangat dikenal. Mereka punya seragam tersendiri dan amat dihargai. Kemampuan mereka menghafal Alquran sungguh luar biasa. Beberapa diantaranya bahkan sudah ada yang bisa menuntaskan hafalan juz 30.
Baginya, itu sungguh sebuah kenikmatan yang sulit dilukiskan. Niatnya perlahan memperlihatkan hasilnya. Impiannya, Pulau Kabaena kelak bakal dipenuhi hafiz dan hafizah.
Lima rumah quran yang dibangunnya itu bernaung di sebuah yayasan yang ia bentuk, bernama Darul Madinah Almunnawarah. Ustad Fahmi tak berhenti hanya sekadar menjadikan anak-anak Pulau Kabaena sebagai hafiz dan hafizah.
“Saya ingin mereka juga punya pengetahuan agama yang lain, termasuk pengetahuan umum serta skill memadai untuk melalui peradaban dunia yang tidak selalu mudah,” katanya.
Berbekal akta yayasan yang sudah berbadan hukum, Ustad Fahmi lalu menggagas lahirnya pondok pesantren di Kabaena.
Lahan sudah ia bebaskan, beberapa bangunan sudah pula ia dirikan bahkan sejak tahun 2021 ini, sudah ada 15 orang santri ia terima dan diasramakan. Tapi kisah soal pesantren sang ustad keren ini, biarlah saya ceritakan di lain waktu.
Kalau diteruskan di catatan ini, bakal kepanjangan dan membosankan. Mungkin eesok…atau di lain hari..! Kapan-kapanlah (bacanya jangan sambil nyanyi ya…!)
Sebelum kami berpisah malam itu, ustad Fahmi lagi-lagi bikin saya keki.
“Pa Abdi, rumahnya kita yang di Rahampuu itu kan? Kita tetanggaan berarti. Saya sedang bangun rumah di samping rumahnya kita itu…” katanya, pelan.
Ya Allah, saya memang sempat melihat ada rumah yang baru dibangun di samping rumah saya di kampung, hanya dijeda dua rumah lain. Kenapa pemiliknya justru saya baru kenal sekarang? Tetangga macam apa saya ini…!.(***)
Penulis: Penyuka Kopi
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post