<strong>Oleh: Rima Septiani, S.Pd</strong> Fenomena malin kundang versi moderen kian hari makin menyesakkan dada. Baru-baru ini, viral di sosial media seorang pedagang ditemukan tewas di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Hasil penyelidikan polisi, pelaku adalah korban pembunuhan yang dilakukan oleh dua anak kandungnya sendiri. Menurut laporan Kombes Nicolas, pelaku merupakan dua anak remaja putri bernama K dan P. Mereka menusuk ayahnya sendiri menggunakan sebilah pisau karena modus sakit hati akibat dimarahi usai kedapatan mencuri uang ayahnya. (liputan6.com/23/6/2024) <strong>Marak Anak Durhaka, Pertanda Apa?</strong> Memiliki anak saleh dan shalihah dan berbakti merupakan dambaan setiap orangtua. Namun tantangan mendidik anak dan keluarga sungguh luar biasa saat ini. Keluarga yang harusnya menjadi institusi paling berharga, justru rusak tatanannya akibat kehidupan sekuler. Dampaknya, banyak anak-anak yang justru durhaka pada orangtuanya. Ini dimulai dari hubungan orangtua dan anak yang tidak lagi harmonis dalam keluarga. Hingga pada akhirnya kondisi keluarga muslim jauh dari kedamaian dan ketentraman. Hari ini kita menyaksikan begitu parahnya akhlak dan sikap anak-anak pada orangtua. Mereka terpapar virus sekularisme yang menyebabkan keringnya ruh spiritual akidah. Banyak fenomena anak yang tidak mampu mengontrol emosi ketika berinteraksi dengan orangtua sehingga berujung pada sikap membentak, memarahi bahkan menghardik orangtua. Tidak ada lagi rasa kasihan dan ketaatan pada orangtua yang telah melahirkan dan merawat mereka. Pemahaman tentang birrul walidain jauh dari pandangan anak-anak saat ini. Buktinya, hampir setiap hari kita menyaksikan berita di sosial media, televisi dan koran yang menggambarkan sikap kurang ajar anak-anak pada kedua orangtua. Sementara di sisi yang lain, sistem pendidikan sekuler juga tidak mendidik agar anak memahami konsep birrul walidain. Sehingga wajar lahirlah generasi yang selain rusak hubungannya dengan orangtua, juga rusak hubungannya dengan Allah SWT. Tindakan mereka yang sampai menghilangkan nyawa orangtua jelas tindakan kejahatan dan termasuk dosa besar. Anak-anak sekarang berperilaku tanpa memikirkan aturan agama. Banyak yang berperilaku bebas dan bertingkah laku jauh menyimpang dari agama dan nilai moral. Kebebasan itu pun menjadi racun yang mematikan akal dan naluri manusia. Kasus pembunuhan seorang bapak yang dilakukan oleh anaknya sendiri benar-benar membuktikan betapa rusaknya sistem kehidupan yang berlandaskan sekularisme. Fitrah anak yang harusnya mencintai dan menyayangi orangtuanya justru perlahan sirna. Fitrah anak yang harusnya menjadi anak yang taat pun rusak. Sekularisme telah berhasil menjadikan generasi muda jauh dari identitas agamanya. Jelas, penerapan sistem hidup kapitalisme gagal memanusiakan manusia. Fitrah dan akal tidak terpelihara, menjauhkan manusia dari tujuan penciptaannya yaitu sebagai hamba dan Khalifah pembawa rahmat bagi alam semesta. Maka tak heran, lahirlah generasi rusak dan merusak. <strong>Saatnya Kembali Pada Islam</strong> Islam mendidik generasi menjadi generasi yang memiliki kepribadian Islam yang akan berbakti dan hormat pada orangtuanya dan memiliki kemampuan dalam mengendalikan emosi. Islam akan mendorong anak-anak bersikap lemah lembut terhadap orangtua tidak bersikap kasar seperti menghardik atau meninggikan suara. Islam mendidik generasi untuk mencintai Allah SWT dan agamanya. Orangtua juga dituntut agar mengajarkan anak-anak mereka dengan nilai-nilai agama yaitu mengenalkan anak pada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Dari kecintaan itulah lahirlah ketaatan berbakti pada orangtua. Anak-anak akan menghargai orangtua, sebab anak akan paham bahwa orangtua merupakan jalan menuju surga. Bahwa anak saleh dan shalihah merupakan investasi surga bagi kedua orang tuanya. Islam akan mendorong para orangtua agar memberikan pendidikan terbaik kepada anaknya hingga anaknya paham tanggung jawabnya. Seperti menanamkan konsep keimanan yang benar, menjelaskan kewajiban melakukan birrul walidain. Allah SWT mengingatkan kepada orangtua untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. “Wahai orang-orang beriman! peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.“(QS At-Tahrim: 6) Islam memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal, juga akan menegakan sistem sanksi yang menjerakan sehingga dapat mencegah semua bentuk kejahatan termasuk kekerasan pada orangtua. Wallahu alam bi ash shawwab<strong>.(***)</strong> <strong>Penulis adalah Pemerhati Sosial</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://youtu.be/e45_Fb2GF7Y?si=7_8wK54OhwkxBQ6F
Discussion about this post