Si korban juga turut menjatuhkan nama baik madrasah tempatnya sekolah, mencoreng nama Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), dan hampir saja mencoreng nama salah satu program BKKBN yang cukup bergengsi di kalangan remaja yakni program genre seandainya si korban terpilih sebagai duta genre.
Perlu diketahui, program genre yang diusung oleh BKKBN pada intinya memiliki program utama yang tercermin dalam salam genre dengan lambang 3 jarinya. Di mana jari kelingking, jari manis dan jari tengah posisinya berdiri, sedangkan jari telunjuk dan ibu jari ujungnya bersentuhan yang membentuk angka nol.
Dengan posisi jari seperti itu mengandung makna bahwa anak-anak genre harus “zero tiga hal” atau harus benar-benar menghindari 3 hal yang bakal membuat masa depan mereka kandas jika melakukan salah satu atau dua hal, lebih-lebih jika melakukan ketiganya.
Ketiga hal yang harus dihindari tersebut adalah melakukan hubungan seks pranikah atau seks bebas, menghindari pernikahan dini dan menjauhi napza (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) atau narkoba.
Bayangkan jika si korban terpilih menjadi duta genre, lantas “mau” melakukan hubungan intim tidak senonoh dengan gurunya sendiri, maka apa kata dunia?
Kenakalan Orang Tua dan Revolusi Seksual Ala Amerika Serikat
Kelakukan DH pada kasus di atas, jika boleh saya menyebut, sebagai salah satu wujud “kenakalan orang tua”. Dulu, ada istilah “kenakalan remaja” yang begitu populer. Mendengar “kenakalan remaja” biasanya para orang tua jengkel, benci, bahkan ada yang marah dan emosi.
Entah, bagaimana perasaan para remaja sekarang jika mendengar adanya “kenakalan orang tua”? Mungkin juga mereka punya sikap yang sama yakni jengkel dan sejenisnya.
Penulis pernah mendengar curhatan salah seorang mantan ajudan pejabat yang pernah beberapa kali ganti pimpinan. Curhatannya sangat memiriskan, katanya “hampir” semua bos yang dikawalnya punya sisi “nakal” dalam kehidupan seks.
Maksudnya melakukan hubungan seks bukan dengan pasangan hidupnya (suami/istri), ada yang melakukan kenakalan dalam bentuk “jajan” dengan penjaja/Pekerja Seks Komersial (PSK), ada juga yang berani selingkuh dengan temannya yang notabene merupakan suami/istri orang lain.
Mendengar curhatan tersebut, penulis menjadi teringat dengan tragedi “revolusi seksual” yang pernah terjadi di Amerika Serikat antara tahun 1960-1980-an.
Revolusi seksual atau pembebasan seksual adalah sebuah gerakan sosial yang menentang nilai-nilai tradisional terkait seksualitas dan hubungan interpersonal. Pasca revolusi seksual tersebut, kehidupan bangsa Amerika dikenal menjadi sangat liberal (bebas).
Discussion about this post