Oleh: Ummu Aqila
Kazakhstan berada dalam kekacauan usai ribuan orang turun ke jalan berdemonstrasi. Kementerian Kesehatan Kazakhstan menyatakan sebanyak 164 orang tewas dalam kerusuhan yang terjadi dalam sepekan terakhir.
Sekitar 5.800 orang ditahan kepolisian selama protes kenaikan harga LPG yang berujung bentrok pada pekan ini. Padahal itu adalah bahan bakar rendah karbon yang digunakan masyarakat Kazakhstan untuk memberi daya mobil mereka.
Tuntutan pun meluas dari kekecewaan terhadap pemerintah karena dianggap otoriter, marak korupsi, hingga kesenjangan sosial-ekonomi. (cnnindonesia.com pada 9/1/2022).
Pada awal Januari 2022, Pemerintah Kazakhstan mencabut kontrol harga pada LPG dan beralih ke harga pasar. Langkah itu menyebabkan harga naik padahal banyak yang bergantung pada LPG karena harganya turun. Pemerintah sempat menurunkan harga setelah ribuan orang turun ke jalan akan tetapi masyarakat tidak puas.
Protes pun terjadi karena pemerintah menaikkan harga sampai hampir dua kali lipat meski negara tersebut kaya akan minyak. Status darurat pun diberlakukan hingga pemberlakuan jam malam dan memerintahkan pasukan keamanan menembak teroris yang menunjukkan pada peserta aksi yang dianggap melakukan kerusuhan dan pemberontakan.Kondisi ini merupakan keniscayaan, krisis negeri muslim pada umumnya, tentu saja tak lepas dari kondisi buruk ekonomi akibat praktik sistem ekonomi kapitalisme.
Liberalisasi aset kekayaan milik umum, rakyat bukan lagi pemilik kekayaan yang seharusnya menjamin kehidupan mereka melainkan pada oligarki yang menjadikan penguasa sesungguhnya dalam sebuah negeri.
Discussion about this post