Salah satu peserta aksi, Hekmat, mahasiswa asal Purwokerto, menyebut kehadiran mereka adalah panggilan nurani.
“Kami datang bukan untuk membuat keributan, tapi untuk menunjukkan bahwa rakyat masih punya suara. Kalau tidak didengar di gedung Dewan, lalu harus ke mana lagi?” katanya.
Mahasiswa lain, Apip berharap aspirasi massa tidak berhenti di jalanan.
“Kami berharap DPRD Banyumas benar-benar menindaklanjuti dan menyerap aspirasi warga, bukan hanya menerima lalu melupakannya. Rakyat butuh bukti nyata, bukan sekadar janji,” ujar Apip.
Melihat situasi yang semakin dinamis, Kapolresta Banyumas, Kombes Pol Ari Wibowo menemui perwakilan mahasiswa untuk melakukan dialog.
Dalam pertemuan singkat itu, Kapolresta menyampaikan keprihatinannya atas insiden nasional yang memicu gelombang aksi, termasuk meninggalnya seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, di Jakarta.
“Kita doakan semoga almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan,” ujar Ari Wibowo seraya menegaskan bahwa pihak kepolisian berkomitmen menindak tegas anggotanya apabila terbukti melakukan pelanggaran.
Meski sempat dilakukan dialog, kondisi di sekitar gedung DPRD Banyumas tetap tegang. Massa terus menyuarakan tuntutannya.
Menjelang sore, situasi makin sulit dikendalikan sehingga aparat melakukan tindakan pengendalian massa dengan menembakkan gas air mata. Aksi pun sempat ricuh, sebelum perlahan mereda menjelang malam.
Penulis: Fadil
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post