Di Indonesia sendiri, Maulid Nabi telah dilakukan sejak islam masuk karena Maulid Nabi merupakan salah satu sarana penyebaran islam di Indonesia pada masa itu. Dengan demikian, subtansi Maulid Nabi sesungguhnya membangkitkan rasa cinta pada nabi, membangun soliditas, serta ghirah dan tradisi keislaman ditengah berbagai hegemoni dalam kehidupan masyarakat.
Peringatan Maulid Nabi kali ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Kondisi pandemi Covid-19 tak kunjung redah. Seluruh wilayah bahkan negara di dunia masih berjibaku dengan upaya melawan pandemi ini, termasuk menciptakan berbagai instrumen salah satunya penerapan protokol Covid di era new normal agar ekonomi tetap bergerak ditengah-tengah masyarakat.
Tradisi Maulid Nabi biasanya dilakukan dengan cara pawai dan kumpul-kumpul bahkan konvoi yang memicu adanya kerumunan nampaknya harus dihentikan. Robikin Emhan (Kompas, 29/10/20) mengatakan subtansi Maulid Nabi terletak pada bagaimana menghadirkan sifat Nabi dalam diri kita melalui shalawat dan menghadirkan keselamatan diri dan keluarga di rumah masing-masing.
Maulid Nabi ditengah pandemi harus dimaknai lebih hikmah dan substantif lagi bukan ritual yang menyebabkan kerumunan. Karena itu, sebagai refleksi perayaan Maulid Nabi kali ini paling tidak, pertama, meneladani sifat dan akhlak Rasulullah Muhammad SAW dalam segala aspek baik dalam berhubungan kepada Allah SWT, sesama manusia, maupun dengan alam semesta.
Discussion about this post