Arus distribusi gas 3 kg di Kabupaten Bombana sendiri diketahui dihandle PT Cahaya Gas Lestari. Terhitung sejak tahun 2016, perusahaan mitra Pertamina ini telah memasok kebutuhan gas di kabupaten penghasil emas tersebut.
Staff PT Cahaya Gas Lestari, Muhibah mengatakan, pengguna LPG di sana terus mengalami peningkatan signifikan setiap tahun. Hanya saja, ia tak bisa vulgar merinci besaran angkanya.
Kini perusahaannya tercatat secara kontinu memasok permintaan gas 3 kg pada sekitar 95 pangkalan di Kabupaten Bombana.
Kendati alur distribusi gas 3 kg di sejumlah desa di Bombana terbilang pelik, harga di pangkalan tetap mengacu pada HET. Pangkalan atau agen, kata dia, memang tak dibolehkan menjual di atas harga normal yang telah ditetapkan pemerintah.
Harganya bisa saja naik ketika masyarakat membeli di luar pangkalan alias eceran yang dijajakan di warung.
“Makanya kita menyarankan agar masyarakat membeli gas langsung ke pangkalan resmi agar lebih murah,” kata Muhibah.
Kata dia, seluruh distribusi gas elpiji di Bombana berasal dari Stasiun Pengisian Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE) Pertamina di daerah Sambuli Kota Kendari. SPPBE ini adalah satu dari empat stasiun pengisian bahan bakar gas yang ada di Provinsi Sultra.
“Tiap tahun memang terus ada kenaikan pengguna gas di Bombana. Untuk pasokan, kita ambilnya dari CII (Cahaya Internasional Indonesia) di Sambuli. Gas-gas kosong diisi di sana baru dibawa ke Bombana. Ada 95 pangkalan yang dilayani di Bombana. Tiap hari ada truk yang jalan,” ujar Muhibah yang sehari-hari mengontrol arus distribusi gas elpiji 3 kg ke Kabupaten Bombana.
Sekali jalan, truk bisa mengangkut hingga 560 tabung gas 3 kg. Perjalanan dari Kendari ke Bombana bisa ditempuh paling cepat enam jam.
Jika cuaca atau kondisi jalan buruk dan pangkalan yang dituju berada jauh di pelosok, prosesnya lebih sehari. Sang sopir biasanya dikawal dua orang kernet dalam perjalanan mengantar kebutuhan bahan bakar rumah tangga tersebut dari Kendari ke Bombana.
Empat tahun Muhibah bertugas mengawasi hilir mudik suplai gas 3 kg. Dibalik kondisi aman stok tabung elpiji masyarakat Kabupaten Bombana, kata dia, cukup banyak cerita kendala dilalui para sopir di lapangan.
“Kadang ada keterlambatan pengisian di CCI, kondisi cuaca buruk suplai gas terganggu di sana. Dari Kendari Bombana, ada jalan yang rusak, perjalanan jadi lama. Sopir-sopir kita itu ada yang mesti harus bermalam untuk antrean mengisi gas. Sampai 50 mobil yang mengantri. Belum lagi kalau ada kendaran mogok di perjalanan ke pangkalan-pangkalan di Bombana,” ulasnya panjang lebar.
Kondisi hujan, jalan yang rusak, medan pegunungan serta jaringan telekomunikasi yang tidak memadai adalah sekelumit tantangan lain yang menghambat proses distribusi gas elpiji ke pelosok Kabupaten Bombana.
“Banyak gunung, kadang truknya susah mendaki. Jalan licin kalau hujan. Telepon kadang tidak bisa karena beberapa daerah di sana memang tidak ada jaringan. Alhamdulilah sampai saat ini tidak ada yang namanya kecelakaan atau hal buruk. Paling ya agak terlambat sampai ke pangkalan,” cerita Muhibah.
Para sopir, tidak hanya wajib memiliki skill mumpuni mengendalikan truk kala mengangkut gas ke pangkalan di desa-desa Bombana. Beberapa SOP wajib ditaati lantaran yang diangkut merupakan bahan bakar yang rawan meledak. Semisal aturan wajib larangan merokok selama berkendara.
Sopir maupun kernet juga dibekali tips memastikan kondisi tabung gas yang diangkut ‘aman’, tak berpotensi membawa petaka.
Discussion about this post