Tetapi yang pasti, wartawan dan media harus semakin memperbaiki diri karena sumber informasi utama masyarakat sudah menempatkan media sosial sebagai sumber utama, mengalahkan media massa. Meski kebenaran informasi yang didapatnya itu dia cek ulang ke media massa lagi untuk meyakinkan dirinya.
Acara ketiga adalah Pelatihan dan Penyegaran Ahli Pers yang diadakan di Surakarta atau Solo, yang diikuti 30 orang dari Jawa, Sulawesi, Bali, Maluku, dan Papua.
Dalam paparan narasumber terungkap bahwa semakin banyak kasus pers yang dipolisikan. Entah karena semakin sensitifnya masyarakat atas berita yang dia anggap merugikan nama baiknya, atau karena produk jurnalistik melanggar Kode Etik Jurnalistik khususnya opini menghakimi, itikad buruk, asas praduga tak bersalah, serta menyebarkan karya jurnalistik ke media sosial dan mencampurkan dengan opini.
***
Waktu berjalan, teknologi berkembang, kesadaran masyarakat meningkat, kepekaan golongan, kelompok semakin tinggi, dan media dalam posisi tidak menguntungkan karena tidak lagi menjadi sumber utama informasi. Semua ini menuntut sumber daya manusia (SDM) media yang tidak hanya cakap tetapi juga menyadari pasar yang dilayaninya.
Bagaimana berharap karya jurnalistik di sebuah media cetak dibaca, apabila berita yang disajikannya tidak mampu menggugah, memancing rasa ingin tahu, tidak mampu menggelitik perasaan senang dan haru, membawanya bersemangat atau memenuhi rindu, jadi sekadar informasi yang sudah ada di media sosial atau disajikan beberapa menit setelah peristiwa?
Bagaimana berharap karya jurnalistik di media siber akan dibaca karena informasinya seragam, susunan katanya tidak berbeda, sudut pandanganya senada, pilihan katanya itu-itu saja seperti telah disajikan media yang lain sebelumnya beberapa detik yang lalu? Tidak ada pengayaan, tidak tertunjukkan pengetahuan, pengalaman, kedalaman dan keluasan wawasan?
Karya jurnalistik sering dikatakan sejatinya adalah karya intelektual, mencerminkan kecerdasan dan sosok jati diri si wartawan, sebagai akumulasi dari pergulatan dalam bidang yang dia tekuni. Bukan sekadar jajaran kata dan kalimat yang dibuat tanpa hati, tanpa visi, sekadar meneruskan press release, jumpa pers, atau kepentingan orang lain.
Berita adalah pertemuan kepentingan publik dan olah rasa dan karsa seorang pekerja lapangan yang mengerti duduk persoalan sebuah peristiwa.
Iya betul, profesi wartawan bukan sekadar pekerja. Untuk menghidupi keluarga, untuk membuat asap di dapur mengebul atau memenuhi sandang dan papan. Dia punya tugas mulia untuk memuliakan orang kecil. Dia menggugat ketidakadilan dengan menyuarakan aspirasi warga yang tersisihkan dari arus utama.
Dia menyalurkan aspirasi mereka yang disusahkan. Dia memberi informasi mereka yang tidak tahu. Dia mendidik mereka yang tidak faham. Dia menginspirasi mereka yang ingin maju tetapi tidak mampu. Dia memberi wawasan mereka yang berpikiran sempit dan seperti katak dalam tempurung.
Discussion about this post