Tingginya kebutuhan terhadap minyak goreng tidak selalu diiringi oleh ketersediaan stok di pasaran. Hingga kini, minyak goreng juga kerap diberikan dalam setiap bantuan sosial. Bahkan, tak jarang minyak goreng menjadi gerbang pembuka bagi aktor politik untuk mendekatkan diri pada masyarakat.
Kondisi ini menegaskan betapa pentingnya minyak goreng dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, tingginya kebutuhan terhadap minyak goreng tidak selalu diiringi oleh ketersediaan stok di pasaran. Sejak tahun 1998 hingga saat ini, tercatat Indonesia telah beberapa kali mengalami kelangkaan minyak goreng.
Di tengah gejolak politik dan krisis ekonomi 1998, minyak goreng adalah salah satu kebutuhan yang sulit untuk ditemukan saat itu. Daerah-daerah di Indonesia bagian barat hingga Indonesia bagian timur mengeluhkan hal yang sama, yakni kelangkaan stok minyak goreng.
Saat itu, penyebab kelangkaan minyak goreng beragam. Di Makassar, Sulawesi Selatan, kelangkaan minyak goreng terjadi pada Januari 1998 karena pabrikan kesulitan memperoleh kopra sebagai bahan baku.
Kelangkaan minyak goreng pada sejumlah daerah dan tingginya biaya angkut di tengah gejolak politik dan krisis ekonomi turut menjadi salah satu penyebab kelangkaan minyak goreng saat itu.
Kini, persoalan serupa kembali terjadi, kelangkaan minyak goreng disebabkan oleh sejumlah faktor, yakni adanya penimbunan, pengalihan penjualan dengan harga yang lebih mahal, dan kepanikan masyarakat yang memicu pembelian dalam jumlah banyak (panic buying).
Dari catatan sejarah terkait kelangkaan minyak goreng di Indonesia, diketahui bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kelangkaan minyak goreng.
Gejolak politik, stabilitas harga minyak sawit, pasokan bahan baku, hingga biaya angkut menjadi faktor pendorong yang berdampak pada keresahan sosial di tengah-tengah masyarakat. Keresahan sosial ini tergambar dari sebagian masyarakat yang rela antri lama untuk mendapatkan minyak goreng dengan harga murah.
Discussion about this post