Ia tak hanya melakukan pemantauan tapi juga melindungi sarang penyu dan memperketat proses penangkaran di areal pantai. “Ini baru uji coba. Kami berharap telur menetas dan segera menjadi tukik yang siap lepas di pantai,” ceritanya.
Penangkaran penyu diaplikasikan dengan sistem proteksi waring. Jadi sekeliling sarang dilindungi dengan waring. Selain berfungsi sebagai penanda, waring juga menjadi pagar yang menjaga sarang penyu dari serangan predator alami.
“Tapi, ini tidak selalu sukses. Pengalaman kami, hanya sekitar 50% telur yang berhasil menetas,” ujarnya.
Lokasi peneluran yang jauh menjadi salah satu hambatan pengawasan tak bisa maksimal.
“Kadang perlu satu bulan melakukan pengawasan di areal peneluran. Kalau kami pergi, telur itu bisa saja diambil orang atau dimakan biawak,” timpal Wa Ode Rusiani.
Tapi tak semua warga setuju. Pak Awal pernah merasakan diprotes warga yang merasa pekerjaannya sebagai pemburu telur penyu terancam oleh petugas divisi pemantauan PAAP Lasinta Lape-Lape.
“Sampai pernah saya ditagih untuk membayar ganti rugi ratusan telur penyu,” ceritanya.
“Kalau diberi tahu, hey..jangan ambil telur penyu itu, mereka marah dan bilang..kalian harus bayar ganti rugi. Aduh, mau ambil darimana uangnya?” tambah Wa Ode Rusiani.
Pengetahuan Minim
Minimnya kesadaran warga Desa Mopaano atas perlindungan penyu menjadi salah satu alasan aksi perburuan telur hewan bercangkang ini sulit dibendung. Pak Awal bisa melihat kaitan antara keberadaan penyu di laut dengan kesehatan ekosistem. Ia tahu hubungan erat antara penyu dan ekosistem laut. Tapi masih lebih banyak warga yang tidak memahami ini.
Populasi penyu sejatinya punya peranan penting dalam menjaga keseimbangan rantai makanan di laut. Jika populasinya punah, maka berakibat buruk terhadap populasi ikan di laut, sumber penghidupan bagi masyarakat nelayan.
Sebab, menjaga penyu secara tidak langsung merawat benih ikan yang bertebaran di laut lepas. Penyu adalah pemangsa ubur-ubur. Keberadaan penyu di laut akan menekan populasi ubur-ubur yang merupakan predator utama lava ikan.
Dalam seminar LIPI digelar daring pada September 2020, secara umum ada empat dampak utama yang paling terasa dari meledaknya populasi ubur-ubur. Pertama adalah mengurangi produksi perikanan, mengganggu sektor pariwisata, mengganggu ketahanan energi, dan terakhir, sosio-ekonomi.
Karena ubur-ubur merupakan predator larva ikan yang sangat produktif, ledakan populasi ubur-ubur membuat pertumbuhan populasi ikan cukup terganggu. Satu ekor ubur-ubur saja bisa memangsa hingga 120 ekor larva ikan dalam sehari.
Penulis: Siti Marlina
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post