Oleh: Hendry Ch Bangun
Apa yang Anda bawa pulang dari Hari Pers Nasional (HPN) 2023 di Medan? Pasti macam-macam jawabannya, tetapi terutama yang sama bagi semua adalah silaturahmi. Yang lain, nomer dua.
Dapat berjumpa, tatap muka, dengan teman seprofesi yang barangkali dalam setahun ini hanya bercakap-cakap lewat media sosial. Khususnya mereka yang memiliki tempat tinggal berjauhan. Bertemu dengan senior-senior yang bagi kita menjadi panutan, telah lama dikenal karena kiprah di dunia jurnalistik. Berjabat tangan dengan orang yang kita kagumi, orang yang telah memberi sumbangsih dalam karier atau profesi, dst.
Silaturahmi bukan hanya memperpanjang umur, tetapi juga melancarkan rezeki, begitulah tuntunan agama. Selama di Medan itu terasa sekali nikmat itu. Gembira rasanya berbincang tak kenal waktu di warung kopi, di lobi hotel, di tempat seminar dan diskusi. Atauuuu di tempat makan durian, yang dalam hal ini, tidak ada duanya di penjuru Indonesia.
Saya memperkirakan 100% persen peserta HPN dan penggembiranya, mencicipi durian selama berada di ibukota Sumatra Utara ini. Presiden mengundang beberapa wartawan dan pimpinan media ke pusat makan durian Bolang, untuk mengetahui persoalan yang dihadapi pers.
Astra International mengundang wartawan senior, anggota Forum Pemred dan orang pers bersilaturahmi dan mencicipi durian di golf club dekat Lanud Suwondo. Dewan Kehormatan PWI Sumut melakukan diskusi dengan DK Provinsi diakhiri dengan makan durian, begitu pula Ketua PWI Riau mengundang rekan sejawatnya untuk pesta durian.
Ini semuanya gratis, tinggal ambil bijinya, dan dicicipi. Ada pula yang makan bersama teman se provinsi berkunjung ke Durian Ucok atau Bolang, dua tempat favorit di Medan saat ini.
Selain durian tentu saja minum kopi. Sumut termasuk produsen kopi kelas dunia. Ada kopi gayo, mandailing, sidikalang, belakangan kopi karo. Meskipun kedai kopi sudah ada sejak puluhan tahun tetapi warung kopi Medan menjadi lebih bergaya karena pengaruh dari provinsi tetangga Aceh.
Di sini, minum kopi dilakukan sambil bekerja atau mengerjakan tugas kuliah, tidak lagi sekadar berbual-bual, ngobrol soal politik, ekonomi, sosial, budaya. Masuk warung kopi menjadi kegiatan kreatif dan produktif. Ciri warkop seperti ini adalah, di mana-mana ada lubang untuk mengisi daya listrik laptop atau ponsel, dan sinyal gratisnya kuat.
Saya sendiri dalam satu hari bisa sampai lima kali minum kopi. Sekali pada waktu sarapan, setelah itu setiap makan, entah itu makan siang ataupun malam. Atau berbincang-bincang dengan kawan di tengah hari atau petang. Padahal biasanya maksimal tiga kali. Itulah Medan.
***
Urusan berikutnya adalah urusan perut. Sebelum ke Medan banyak sekali yang ingin saya cicipi setelah melihat tempat yang direkomendasi vlogger kuliner. Ternyata tidak mudah karena waktu yang sempit. Yang jelas saya makan beberapa kali di Garuda, restoran Padang khas Medan, yang agak beda rasanya dengan restoran Padang lain.
Saya pun sempat makan di restoran Padang Sidempuan yang menyajikan makanan Mandailing yang khas, seperti ubi tumbuk, satur pakis, ikan sale. Tentu saja yang tidak lupa, saya hampir selalu sarapan dengan Lontong Medan, tidak pernah bosan rasanya.
Di Medan padahal masih banyak hidangan lain. Misalnya saja restoran Melayu, India, Arab, Cina, makanan Eropa, yang karena beragamnya etnis di kota ini sejak zaman kolonial. Bagi mereka yang non muslim, salah satu hidangan favorit adalah BPK alias Babi Panggang Karo, yang konon bumbu dan cara memasaknya tidak ada duanya.
Sepulang dari ziarah ke makam ayah di Desa Batukarang, Payung, Kabupaten Karo, saya sempat membeli air nira, di tepi jalan. Dikemas di botol plastik, harganya kini sudah Rp10.000 perbotol, baik dari tahun lalu Rp7.000 dan tiga tahun sebelumnya yang masih Rp5.000. Kalau dicampur potongan kayu raru, maka nira ini akan menjadi tuak, yang menjadi teman makan BPK.
Air nira ini asli, belum dicampur, terasa segar dan seperti melonggarkan paru-paru. Saya juga pernah membelinya ketika bermobil ke Medan dari Berastagi melalui jalan alternatif ke Binjai karena terjadi longsor menjelang Bandarbaru. Kemarin rupanya minuman sudah berwujud arak di jalan pintas Durin Pitu, Deli Serdang. Kalau nira warnanya bening, saat menjadi arak menjadi putih pekat.
Intinya teman-teman wartawan yang datang ke Medan untuk HPN 2023, pasti terpuaskan perutnya karena begitu banyak makanan yang terhidang, tinggal pilih sesuai keinginan. Mungkin nanti perlu dibuat testimoni dan menjadi buku kenangan.
***
Nah, tentu yang juga penting adalah urusan pers itu sendiri. Presiden Joko Widodo pada Puncak Acara Peringatan HPN di Gedung Serba Guna Sumut, mengatakan kondisi pers Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Saat ini masyarakat kebanjiran berita baik dari berita media massa maupun media sosial, yang dibuat dengan sebebas-bebasnya, dengan kepentingan utama adalah sisi komersial, dengan konten berita recehan, yang sensasional. Oleh karena itu masalah utama pers adalah bagaimana agar pengelola media membuat pemberitaan yang bertanggungjawab.
Discussion about this post