Sebagaimana dirilis World Economic Forum, Travel Tourism Development Index (TTDI), peringkat pariwisata Indonesia sebelumnya adalah 44. Saat ini naik 12 level sehingga berada di posisi 32, melampaui Thailand yang kerap disebut “Traveler’s Paradise” dan Malaysia yang terus mengiklankan diri dengan tagline “Malaysia Truly Asia”.
Pada posisi ini, di Asia Tenggara, Indonesia hanya kalah dari Singapura, sedangkan di Asia Pasifik, Indonesia menempati ranking delapan.
Di sisi lain, Global Muslim Travel Index (GMTI) 2022 menempatkan Indonesia pada peringkat dua dari 138 negara, suatu peningkatan peringkat yang signifikan setelah tahun sebelumnya berada pada urutan empat wisata halal dunia.
Secara akumulatif poin, Indonesia hanya kalah dari Malaysia yang menempati urutan pertama, namun Indonesia mengungguli negara-negara besar lainnya seperti Arab Saudi, Turki, UEA, hingga Qatar yang berturut-turut ada di bawah peringkat Indonesia.
Selain itu ada berbagai prestasi pariwisata Indonesia di level internasional, antara lain ditetapkannya Bali sebagai “The Greatest Place 2022” oleh Majalah TIME dan “The World’s Happiest Holiday Destinations 2022” oleh Club Med Prancis, sementara ‘Lonely Planet’ memasukkan Raja Ampat ke dalam daftar “Best Travel Destinations” untuk tahun 2023.
Sementara itu Menparekraf pada 4 Mei 2022 mendapat kehormatan berbicara di ‘High-level Thematic Debate on Tourism’ yang digelar oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) New York.
Menparekraf menyebutkan bahwa Indonesia saat ini menjadi acuan dunia dalam penanganan pandemi COVID-19. Selain dalam penanganan pandemi, Indonesia juga menjadi acuan dunia untuk membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif setelah dua tahun dihantam pandemi, dengan tetap memperhatikan sisi sosial dan lingkungan hidup.
Naiknya peringkat dan citra pariwisata Indonesia secara signifikan di dunia internasional tidak lepas dari leadership (kepemimpinan) Menparekraf Sandiaga Uno. Sandi memahami dengan baik fungsi manajemen serta mampu berkomunikasi efektif dengan berbagai kalangan terkait.
Tapi tentunya masih ada beberapa kekurangan. Ajang dunia semisal MotoGP adalah lahan untuk terus memperbaiki kekurangan. Dari pagelaran besar seperti ini bisa dilihat sisi mana saja yang kurang untuk dibenahi.
Selain itu, seluruh destinasi super prioritas seperti Bali hingga Komodo serta manajemen delapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata yaitu Morotai, Singosari, Tanjung Lesung, Likupang, Lido, Nongsa, Tanjung Kelayang, dan Mandalika perlu terus berbenah agar menjadi lebih baik lagi.
Khusus dari sisi regulasi, ada dua regulasi yang menjadi perhatian masyarakat yaitu KUHP baru dengan pasal zina yang dikhawatirkan bisa merugikan wisatawan mancanegara serta adanya rencana untuk merevisi UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dimana masukan dari semua stakeholders pariwisata sangat diperlukan bagi perbaikan undang-undang tersebut.
Pekerjaan Rumah
Discussion about this post