Semarak kampanye publik menjelang Pemilu baik secara langsung maupun melalui media konvensional digunakan untuk menyampaikan visi misi. Khalayak dibuat terbuai agar mereka mendapat dukungan untuk memenangkan kontestasi politik.
Visi misi inilah yang menjadikan rakyat memilih mereka, walau kadang kenyataannya visi misi hanyalah sebuah panggung sandiwara yang dikemas sedemikian rupa.
Untuk memahami hal ini, konsep dramatugi milik sosiolog asal Kanada, Erving Goffman dapat digunakan untuk mencermati citra atau presentasi diri yang dibangun oleh para aktor politik tersebut.
Goffman dalam bukunya The Presentation of Everyday Life (1959) mendefinisikan dramaturgi sebagai sandiwara kehidupan yang mengharuskan manusia memainkan peran dengan menampilkan sisi depan (front stage) dan sisi belakang (backstage).
Segala bentuk relasi sosial manusia akan menggunakan ‘topeng’ yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingannya masing-masing dan manusia juga memiliki kendali untuk menampilkan dan menyembunyikan yang ia inginkan.
Discussion about this post