Setiap kali Jokowi berkunjung ke daerah, sama sekali tidak pernah berkunjung ke satu kantor DPD atau DPC PDIP, apalagi menyapa kader. Sementara Jokowi selalu memiliki waktu untuk bertemu dengan relawannya di semua daerah yang dikunjunginya. Jokowi selalu berlindung dibalik jabatannya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, milik rakyat Indonesia untuk menghindari identitas sebagai kader PDIP.
Jokowi menghadiri kegiatan nasional PDIP berupa Kongres, Rakernas, tidak istimewa, sebab Jokowi juga menghadiri acara partai, ormas, ormawa, OKP, hingga organisasi pelajar. Sehingga PDIP tidak mendapat perlakuan khusus apapun dari kadernya, karena telah menjadi milik relawan dan rakyat Indonesia.
Demikian juga dengan putra mahkota dan menantu kesayangannya yang selalu diperlakukan istimewa dan diberi tempat khusus di setiap kegiatan partai. Namun keduanya sama sekali tidak pernah dekat, akrab, apalagi peduli dengan PDIP.
PDIP melakukan kesalahan besar dengan memberi peluang dan kesempatan kepada Jokowi, anak, dan menantunya. PDIP melakukan diskriminasi dengan harapan ketiganya loyal dan setia. Hingga putra sulung Jokowi, Gibran maju sebagai cawapres Prabowo, dan menantu Jokowi, Bobby menyatakan dukungan terbuka, pengakuan mendukung pasangan “lawan calon” PDIP, Ganjar-Mahfud, PDIP masih saja memperlakukan Gibran dan Bobby istimewa dengan hanya menyarankan keduanya memiliki “etika politik” dengan harapan keduanya mengundurkan diri.
“Bagaimana mungkin kader yang tidak memiliki etika politik (maju sebagai calon dari partai lain), beretika?”. “Keduanya harus segera dipecat”. “Masa PDIP hanya berani memecat Budiman Sudjatmiko, kader biasa, yang telah berjuang dan masuk penjara karena mendukung Mega melawan penguasa orde baru, mantan mertua Prabowo, Presiden Soeharto?”.
Demi menjaga solidaritas, soliditas PDIP, maka semua penghianat partai harus segera dipecat oleh DPP PDIP. Jangan sampai DPP PDIP membiarkan kader-kader PDIP marah akibat aturan partai tajam ke bawah, tumpul ke atas hanya karena menyangkut anak dan menantu presiden. PDIP tidak sama dengan partai lain yang telah berubah dari partai menjadi relawan sebab mengaku tegak lurus kepada Jokowi.
PDIP patuh, taat, tunduk, dan tegak lurus kepada konstitusi partai, dan kepada kehendak rakyat. Sebab rakyat menjadi satu-satunya alasan dan tujuan PDIP terus berjuang mewujudkan Indonesia Raya yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. PDIP adalah rumah bagi para kader yang setia dan taat pada konstitusi partai, bukan tempat para penghianat.
PDIP Menang Hattrick
Jika ingin menang hattrick, maka PDIP harus konsisten menegakkan konstitusi dan aturan partai. Turun menyapa rakyat, ke bawah membujuk rakyat, menangis dan tertawa bersama rakyat dengan jujur, tulus, dan setia. PDIP sebagai satu-satunya partai yang pernah mengalami semua jenis penderitaan politik pasti memahami kebutuhan dan kepentingan rakyat.
Maka PDIP harus segera menegakkan aturan, memecat semua penghianat PDIP tanpa pandang bulu. Sebab sejatinya semua kader harus diperlakukan sama, setara, dan adil. Hanya dengan keteguhan sikap, kepatuhan dan kesetiaan terhadap konstitusi dan aturan partailah PDIP menang Pileg dan Pilpres 2024. PDIP harus solid, untuk meraih kemenangan, meski tanpa Jokowi dan keluarganya.(***)
Penulis adalah Kader PDIP, Presidium GaMa Centre
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post