Kegiatan sosial menjadi jenis kampanye pertama yang disukai oleh responden (61%), lalu jenis kampanye langsung, yaitu saat kandidat hadir di depan masyarakat (55%). Selain itu, melakukan debat dengan kandidat lain (40%), kampanye dengan publikasi digital seperti TV, radio, podcast, YouTube, dan lainnya (33%), hingga kandidat melakukan diskusi terbatas dengan sekelompok orang (24%).
Sedangkan, untuk jenis kampanye yang tidak disukai, responden memilih pemasangan baliho dan spanduk secara tidak resmi menjadi jenis kampanye yang paling tidak mereka sukai (66%). Kemudian, pemasangan bendera partai di lingkungan rumah, taman, atau jalan (44%), pawai dengan membawa atribut kampanye (38%), mendatangi tokoh masyarakat untuk meminta dukungan (25%), hingga membagikan atribut kampanye seperti kaos, topi, stiker dan lainnya (24%).
Sumber Informasi & Keputusan Memilih
Responden mendapatkan informasi mengenai aktivitas kampanye yang sedang berlangsung dari sumber yang berbeda. TV dan radio (53%) menjadi sumber yang paling banyak dipilih oleh Gen X, sedangkan bagi Gen Z dan Milenial yang paling banyak menggunakan media digital dan media sosial, informasi bersumber dari Instagram dan TikTok.
Head of Research Jakpat, Aska Primardi menjelaskan, jika situasi kampanye saat ini dinilai berbeda oleh setiap kelompok pemilih. Bagi Gen Z, Pemilu 2024 ini adalah pengalaman pertama mereka terlibat dan menggunakan hak pilih, sehingga wajar jika mayoritas Gen Z belum memiliki keputusan final tentang siapa calon yang akan dipilih.
Terlebih lagi mayoritas Gen Z lebih memilih media TikTok (51%) sebagai sarana mengenal calon presiden dan calon legislatif, di mana di dalamnya ada banyak perdebatan yang mereka perhatikan. Inilah sebabnya mereka mayoritas masih galau dalam menentukan pilihannya.
Discussion about this post