Oleh: Fitri Suryani, S.Pd
Pemuda punya peran dan kontribusi dalam melepaskan negeri ini dari belenggu kolonialisme di masa lampau. 20 Oktober 1928, para pemuda berikrar untuk dalam janji suci, bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Pemuda di masa kini, berkarya dalam perannya untuk berpacu menuju masa depan gemilang. 28 Oktober 2022, ikrar Sumpah Pemuda kembali menggema di seantero negeri sejak pertama kali digaungkan 94 tahun silam.
Ikrar Sumpah Pemuda itu diikrarkan pemuda Sultra dalam karya dan profesi masing-masing. Harian Kendari Pos merangkumnya dalam Sumpah Pemuda Award. Kisah inspiratif dalam membangun daerah dan bangsa ini tersaji dalam ulasan para tokoh pemuda kebanggaan Sultra.
Wakil Direktur Kendari Pos Awal Nurjadin mengatakan, Sumpah Pemuda Award 2022 digelar dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh setiap 28 Oktober.
“Ini sebagai bentuk apresiasi kepada tokoh atau pemuda Sultra yang dianggap berkontribusi terhadap pembangunan daerah dan menginspirasi masyarakat sehingga layak untuk mendapatkan penghargaan,” ujarnya, Kamis (27/10) (Kendaripos.fajar.co.id, 28/10/2022).
Tentunya patut diapresiasi bagi para pemuda yang telah berkontribusi terhadap pembangunan daerah dan yang menginspirasi masyarakat. Apalagi telah menjadi rahasia umum bahwa tolok ukur kesuksesan bagi masyarakat saat ini, yakni ketika seseorang telah memperoleh pekerjaan yang bergengsi, materi yang memadai, tempat tinggal dan kendaraan yang wah.
Selain itu, standar pemuda inspiratif dalam tatanan sistem saat ini, tidak lepas dari orientasi materi. Di mana pemuda yang memberikan inspirasi adalah pemuda yang produktif, memiliki penghasilan yang wow, dan segala hal yang membuat kagum kebanyakan orang dari sisi materi.
Padahal pemuda yang memberikan kontribusi dan menginspirasi tidak hanya cukup dilihat dari tolok ukur materi yang dihasilkan. Namun lebih dari itu, mampu menjadi agen perubahan bagi peradaban bangsa ke arah yang lebih baik dari segala sisi.
Tak hanya itu, pemberian label/stigma yang menempel seolah hanya menjadi simbolis semata tanpa ada aksi nyata yang mampu menjadi penggerak perubahan di masyarakat.
Padahal sejatinya pemuda adalah generasi yang nantinya menjadi pengganti untuk mengisi tatanan kehidupan negara selanjutnya. Nasib bangsa sedang dipertaruhkan, ketika tongkat estafet perubahan diberikan kepada generasi yang bermental lemah, membebek, sekedar terkenal namun minim perjuangan.
Discussion about this post