Ya, karakter inilah yang membuat ketidak adilan merajalela karena tidak ada lagi yang berani melarang dan menegurnya.
Baik karakter suka menjajah maupun suka dijajah, keduanya sama-sama memunculkan sikap dan karakter egois. Mau menang sendiri dan mau selamat sendiri.
Ucapan Bung Karno pun menjadi kenyataan, jika penjajah asing lebih mudah dihadapi dan dilawan karena penjajah adalah musuh yang benar-benar nyata. Peperangan pun terjadi secara berhadap-hadapan langsung. Musuhnya jelas. Tapi dengan sesama bangsa sendiri, jelas-jelas tidak jelas. Karena bisa saja di depan mata ia tersenyum (sebagai lambang kebaikan atau shodaqah), tapi di belakang menikam.
Di beberapa tempat juga terjadi, jika ada kepala daerah sebelumnya sudah membangun suatu karya tertentu berupa infrastruktur (misalnya), begitu ganti kepala daerah baru karya lama dibiarkan/diterlantarkan, bahkan ada yang tega dihancurkan.
Seharusnya karya sebelumnya dihargai, dirawat, direnovasi, dilestarikan, bahkan diteruskan hingga lebih maju. Sulit! Benar kata Bung Karno, Sulit!
Jumlah penduduk yang besar sekitar 270-an juta saat ini yang ditopang oleh sekitar 78 juta keluarga, Indonesia seharusnya bisa lebih cepat maju, jika sesama anak-anak bangsa tidak saling menjajah satu sama lain. Tidak saling menjatuhkan dan menikam satu sama lain. Tapi terus mempertahankan persatuan yang sudah dibangun para pejuang dan nenek moyang kita.
Mengedepankan kebersamaan dan gotong royong, menjunjung tinggi nilai-nilai dasar pancasila sebagai dasar Negara dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya sebatas slogan atau yel-yel yang diteriakkan kesana-kemari.
Namun, didalamnya tidak lagi memuliakan Tuhan Yang Maha Esa dan firman-firman-Nya, tidak ada lagi kemanusiaan yang adil dan beradab, tidak peduli lagi persatuan, kering dari “hikmah kebijaksanaan dalam kepemimpinan”, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat bukan hanya sekadar menjelang pemilu dengan bagi-bagi sembako.
Jika kondisi Indonesia terus berlarut-larut seperti ini, maka nampaknya penduduk dan keluarga Indonesia masih jauh dari kata “merdeka”.
Merdeka atau maharddhika (sansekerta) adalah kaya, sejahtera, kuat, bebas dari segala belenggu (kekangan), bebas dari aturan-aturan (yang bersifat menindas dan dzalim), dan bebas dari cengkeraman kekuasaan pihak-pihak tertentu (yang tidak mengedepankan keadilan).
Jika penduduk dan keluarga Indonesia sudah seperti ini, inilah hakikatnya merdeka!.(***)
Penulis adalah Penata Kependudukan dan KB Ahli Madya Provinsi Sulawesi Tenggara
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post