Kalau tidak siap dan tidak punya bekal ilmu maka jadinya rumah tangganya akan kacau. Mudah stres bahkan pelampiasannya pada perselingkuhan karena sudah tidak nyaman menjalani pernikahan. Padahal masalah sebenarnya bukan ada pada pasangan tapi ada pada diri sendiri yang gagal memahami pernikahan.
Paham kebebasan ala liberalisme yang lahir dari rahim sekularisme menambah parah kondisi pernikahan. Ada banyak pasangan ketika terbentur dengan masalah. Bukannya menyelesaikan tapi malah mencari kesenangan. Hanya sekadar happy fun, hedonis dan permisif jadinya sangat rentan untuk berselingkuh.
Apalagi jika keimanan sudah sangat rapuh maka godaan untuk berbuat maksiat semakin besar. Tentu hal ini sangat dipengaruhi dengan lingkungan apakah itu lingkungan keluarga, pertemanan, kerja, masyarakat dan dan lainnya.
Tontonan dan apa yang dibaca juga memiliki andil yang dapat mereduksi nilai pernikahan. Tidak ada perselingkuhan yang memiliki cerita indah. Hal ini jika tidak melukai pasangan maka akan melukai orang-orang terdekatnya bahkan masyarakat secara luas.
Karena itu perselingkuhan bukan sesuatu yang dibenarkan. Untuk menghilangkan atau paling tidak meminimalisir keberadaanya dibutuhkan kemauan dari semua pihak terutama lagi dari negara yang memiliki kewajiban melindungi akal dan kehormatan warga negaranya.
Tutup Cela Perselingkuhan
Berinteraksi dengan lawan jenis memang sangat menyenangkan. Ada nuansa manis dan boleh jadi membuat nyaman. Ketika telah menikah ini menjadi cela bagi retaknya hubungan dalam rumah tangga, maka interaksi ini harusnya dapat diminimalisir meski itu dalam dunia maya.
Sebab, siapa yang tahu hubungan itu pada akhirnya mengancam kehidupan rumah tangga. Banyak fakta pertemuan di sosial media justru berakhir dengan perselingkuhan.
Yang harus dilakukan bagi pasangan yang telah menikah adalah pertama, fokus pada pasangan yang sah. Kadang memang ada kecenderungan untuk memperhatikan orang lain apalagi jika glowing dan memukau tentu itu akan sangat menarik, tapi ingatlah ikrar yang sudah diucapkan bahwa ketika telah berani membuat komitmen maka bertanggung jawablah.
Kedua, toleransi jalan bersama atau janjian dengan yang bukan pasangan sah tanpa kepentingan urgen akan menjadi pintu masuknya perselingkuhan. Mungkin ada yang berasumsi bahwa itu biasa saja jalan atau janjian bahkan ketawa ketiwi atau curhat dengan lawan jenis.
Hanya saja ketika telah merasa nyaman maka akan timbul rasa. Hal ini dapat mengarah pada terjalinnya sebuah hubungan sehingga pertemanan dan perselingkuhan menjadi tersamarkan.
Ketiga, jaga mata. Sebab dari mata, hati bermasalah. Banyak fakta karena tidak pandai menjaga mata akhirnya terjebak pada aktivitas perselingkuhan.
Padahal godaan itu terus berdatangan baik didepan, dibelakang, atas, bawah, kiri kanan. Bisa jadi semuanya menjerumuskan dan kalau tidak pandai menjaga diri dan waspada terhadap serangan dari godaan itu, maka dipastikan rumah tangga akan menjadi taruhannya.
Keempat, ingat tujuan menikah. Setiap yang menikah pasti menginginkan bahtera rumah tangganya langgeng. Bahagia sampai ke akhirat dan memiliki keturunan yang baik. Maka tujuan menikah itu untuk ibadah supaya makin dekat dan taat pada Pencipta, sehingga setiap pasangan harus saling menjaga dan mengingatkan.
Agar pernikahan tetap terjaga harus saling memahami apalagi yang menikah mungkin tidak satu frekuensi atau bahkan memiliki karakter yang beda. Maka ketika sudah terjalin hubungan itu harus saling menghargai, baik itu ucapan maupun perbuatan.
Agak aneh juga jika ada pasangan yang sudah menikah tapi malah lebih nyaman dengan wanita atau pria lain. Apalagi jika ada yang aktif bersosmed ria dengan lawan jenis yang bukan pasangan sahnya, menganggap hiburan dan menyenangkan. Padahal hal ini telah memberi peluang untuk dirinya terjerumus dalam dosa dan perselingkuhan.
Discussion about this post