Begitu juga, wisata kolam renang bulu dua Kabupaten Barru, harus menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam dari Takalala dan Marioriwawo. Demikian juga, tempat wisata lainnya di Kabupaten Soppeng wilayah Timur semakin jauh.
Potensi wisata yang dikembangkan dalam model bisnis (agrobisnis) berbasis wisata sesuai kearifan lokal akan menjadi tolak ukur kebahagiaan masyarakat Desa Watu Toa dan sekitarnya. Pasalnya, lahan sangat luas. Konstruksi pemukiman rumah penduduk masih alami bermodel rumah panggung dengan segala macam ukiran dan ukuran yang penuh sejarah latar belakang.
Pelajari sejarah rumah panggung Sulawesi, penuh kesejarahan yang diwarisi hingga sekarang. Rumah panggung merupakan bentuk perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Pemerintah Hindia Belanda dulu, mendidik agar membangun rumah-rumah dari batu. Bagi masyarakat yang membangun rumah batu (batu bata) dianggap orang kaya baru.
Padahal, penjajahan Belanda dulu memiliki maksud tertentu agar masyarakat tetap dianggap kaya dan pemahaman yang keliru. Karena Sulawesi (Nusa Tenggara) merupakan wilayah garis gempa yang lumayan panjang dan terdapatnya banyak gunung berapi.
Tentu, rumah batu mudah dibangun, biaya kecil dan dianggap kaya raya. Tetapi sekali digoyang gempa berskala tinggi langsung roboh. Kemudian, bangun lagi. Tentu energi masyarakat dan pemerintah sangat tinggi dalam melayani dan membangun.
Namun demikian karakter mental perlawanan rakyat Sulawesi agar tidak serta merta meniru membangun rumah batu dan tetap bertahan khas rumah panggung. Karena hanya rumah panggung yang mampu mengikuti goyangan gempa walaupun berkekuatan tinggi.
Konsep masyarakat Sulawesi, utamanya Desa Watu Toa harus tetap menjaga budaya rumah panggung tanpa harus merasa miskin. Karena penilaian terhadap rumah panggung sangat elegan, elit dan pembiayaannya sangat tinggi. Tentu bagi masyarakat Desa Watu Toa pasaran harga rumah panggung siap pakai berkisar mulai Rp50 juta-Rp5 miliar dengan segala bentuk dan macam ukiran.
Model dan macam rumah panggung bisa menjadi penarik wisata. Selain dari hasil bumi yang menjamin agrowisata berkembang. Juga artefak sejarah, kuburan wali, kesultanan, hingga benda-benda keramat peninggalan pejuang terdahulu.
Apalagi pegunungan Jampu-Jampu, Jolle maupun Lagoci dipenuhi pohon Pinus, cengkeh, Cemara, Jati, kelapa, padi, pisang, ubi, dan lainnya. Tanaman penghasil petani juga tak kalah banyak seperti jahe, cengkeh, buah naga, sayu mayur dan cokelat.
Discussion about this post