Kredibilitas Agama
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menjelaskan para pemimpin agama secara keseluruhan mengekspresikan keinginan untuk mengupayakan nilai-nilai agama, moral dan etika yang “diinspirasi” agar dapat ikut mempengaruhi kebijakan-kebijakan ekonomi dan politik baik secara domestik maupun nasional.
Hal tersebut terungkap dalam penyelenggaraan forum antaragama yang dihadir negara-negara G20 dan juga negara lainnya pada November 2022.
Untuk mengupayakan hal itu, kata Yahya, kredibilitas agama harus dipulihkan dengan mengatasi terlebih dahulu masalah-masalah yang ada di dalam agama. Para pemimpin agama tersebut telah mengindentifikasi bahwa memang di dalam setiap ajaran agama, terdapat unsur-unsur wawasan kebangsaan yang bisa dijadikan pembenaran atau bahkan memicu pertentangan dan konflik antaragama.
“Nah unsur-unsur wawasan keagamaan yang seperti ini harus di-rekontekstualisasi (revitalisasi) supaya agama-agama bisa bergerak bersama-sama ke arah koeksistensi damai yang lebih jujur, tulus dan lebih asli. Berakar pada nilai-nilai ajaran agama itu sendiri,” kata Yahya.
Para pemuka agama itu, kata Yahya, mengakui agama perlu melakukan sesuatu secara bersama-sama untuk mengembalikan kredibilitas agama sebagai sumber moralitas. Caranya dengan menggalang para pemimpin atau otoritas agama di lingkungan masing-masing untuk meninjau kembali terhadap unsur-unsur wawasan keagamaan tersebut.
Dialog Antaragama
Sementara itu Direktur The Wahid Institute, Yenny Wahid, menekankan perlunya penguatan dialog antaragama di negara-negara ASEAN agar bisa saling melindungi, terutama terhadap kelompok minoritas di negara masing-masing.
Discussion about this post