M Nasir, mantan Wartawan Harian Kompas sudah mengenal M Yazid sekitar 30 tahun. Begitupun Elly, sekretaris PWI Peduli dan staf Sekretariat PWI Pusat. Saya juga sudah berbilang tahun mengenal beliau. Kami merupakan generasi di bawah Pak Yazid.
“Saya sekarang berumur 83 tahun jalan,” katanya sambil tersenyum.
Sahabat Baik
Yazid bersahabat baik dengan H Ahmad Adirsyah (alm). Setiap ke Jakarta, Yazid senantiasa bertemu dengan Adirsyah sambil ngopi atau berkunjung ke kantor Harian Merdeka di Jalan Sangaji, Jakarta Pusat. Saya kerap diajak menemani.
Adirsyah, asal Medan adalah wartawan Harian Merdeka yang ditugaskan di Istana. Kemudian menjadi pemimpin redaksi. Saya sebagaimana Adirsyah juga meliput di Istana dan juga menjadi pemimpin redaksi di harian milik wartawan pejuang BM Diah.
Dikaruniai Delapan Anak
“Saya membeli tanah di sini ketika masih murah. Anak saya yang membangun rumah,” tuturnya ketika kami berbincang di ruang tamu.
Rumah itu baru ditempati dua tahun lalu. Sebelumnya, selama 43 tahun Yazid tinggal di rumahnya di kawasan yang sama, tapi sudah terlalu ramai.
Yazid dikaruniai delapan anak, enam di antaranya perempuan. Salah seorang anak perempuannya pernah menjabat sebagai wakil direktur bank BUMN besar. Belakangan diangkat menjadi Direktur utama salah satu BUMN.
Sesepuh wartawan di Medan ini memiliki cucu 14 dan cicit 6 orang. Salah seorang cucu menjadi dosen di Universitas terkemuka di Yogyakarta. Sementara seorang cucu perempuan menemani di rumahnya. Dialah yang menyediakan makan siang kami. Ada anaknya yang mempunyai rumah di komplek yang sama.
Anggur Hitam dan Anggur Merah
Kami disuguhi minuman kaleng asal Korea yang jarang dijual di Indonesia. Ada buah anggur dan penganan berupa kue kering.
“Ayo cobain anggurnya. Makan yang hitam dulu baru yang merah,” katanya bercanda. Kami memang disuguhi anggur hitam dan merah.
Discussion about this post