Adapun usulan tindak lanjut rakorwil Sulampua TW III 2025 yakni diperlukan peningkatan penyaluran kredit produktif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sulampua sebagai growth driver perekonomian nasional. Serta diperlukan inovasi skema pembiayaan guna memastikan alokasi kredit lebih optimal ke sektor-sektor produktif.
Jenderal ASN Provinsi Sultra itu juga menyampaikan hasil rakorwil yang dipaparkan oleh Koordinator Wilayah Sulampua, dimana menyimpulkan sejumlah tantangan dan rekomendasi pengendalian inflasi.
Pertama, bagaimana melakukan penyaluran beras SPHP secara masif melalui berbagai kanal distribusi seperti GPM Intensif, ritel modern, kios pangan, dan mitra distribusi, dengan penyederhanaan mekanisme verifikasi yang cepat dan efektif oleh Bulog dan pihak terkait.
Kedua, melaksanakan GPM yang fokus ke komoditas inflasi, terutama beras dan hortikultura seperti cabai rawit, bawang merah, dan tomat, yang bekerja sama dengan petani Champion Enrekang (cabai rawit, bawang merah) & Petani Malino (tomat), melalui fasilitasi distribusi pangan (FDP).
Ketiga, perluasan gerakan tanam Barito (bawang merah, rica, tomat) di pekarangan dan lahan menganggur, misalnya pekarangan sekolah, Lapas, pekarangan desa (penguatan peran PKK).
Empat, optimalisasi Cold Storage, melalui penguatan peran BUMD sebagai penyedia fasilitas. Cold Storage disediakan dengan kapasitas yang tidak terlalu besar (cukup untuk kebutuhan), mempertimbangkan kapasitas ketersediaan listrik biaya operasional.
Lima, pemanfaatan Mesin D’Ozone (Teknologi Plasma Ozone) untuk memperpanjang masa simpan komoditas pangan hortikultura. Contoh implementasi di Kelompok Tani Cabai Magelang Jateng (2017), dan Kelompok Tani Bawang Sultra (2021).
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post