Oleh: Susiyanti, S. E
Ibu merupakan sosok luar biasa bagi setiap anak, termasuk remaja. Di dunia ini, tidak ada yang bisa menggantikan peran seorang ibu seperti melahirkan, membesarkan, dan mendidik anak-anaknya. Tidak hanya itu, ibu juga merupakan sosok malaikat di dunia ini bagi para anak. Namun, ternyata tidak semua ibu demikian.
Sebagaimana kejadian memilukan ini dialami oleh seorang remaja perempuan yang mengalami pencabulan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep.
Menurut Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti mengatakan bahwa pelaku yang berinisial J merupakan kepala sekolah dasar, diamankan anggota Resmob Polres Sumenep pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2024 sekitar pukul 15.00 WIB, di Rumahnya, Desa Kalianget Timur.
Dia menambahkan, ibu korban yang berinisial E menyetujui pencabulan itu dengan alasan untuk ritual penyucian diri.
Menurut Widiarti, pencabulan itu bukan hanya sekali. Ibunya kerap mengantarkan korban ke kepala sekolah. Bahkan, korban juga pernah diperkosa dan dicabuli di salah satu hotel.
Mendalami kasus tersebut, anggota Resmob Polres Sumenep melakukan interogasi terhadap pelaku. Hasilnya, J mengakui bahwa telah melakukan pencabulan terhadap korban sebanyak 5 kali. Berdasarkan hasil komunikasi dengan bapak kandung korban, korban mengalami trauma psikis (Kumparan, 01-09-2024).
Kasus di atas begitu sangat menyesakkan dada. Hal itu jelas bukan tanpa sebab. Adapun penyebabnya, di antaranya: Pertama, ekonomi. Dalam pengakuannya, E mengaku menyerahkan anaknya kepada J karena dijanjikan sejumlah uang serta dijanjikan satu unit sepeda motor jenis vespa matic.
Walaupun alasan ekonomi, perbuatan itu tetap tidak dibenarkan. Karena akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan mental anak dan kepribadiannya dan pastinya tidak dibenarkan menurut agama.
Kedua, lingkungan dan sosial masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, sistem kehidupan sekuler hari ini telah membuat masyarakat semakin jauh dari agamanya. Bagaimana tidak, lihat saja bagaimana tontonan seperti film, game dan sejenisnya berisi konten berbau sensual dan tidak senonoh yang tidak sedikit menghiasi media sosial yang dapat lebih mudah diakses.
Jika hal ini terus dibiarkan, maka generasi muda akan terancam dan lebih parahnya generasi akan rusak.
Walhasil, generasi makin liar akibat gaya hidup sekuler liberal yang dijajakan melalui tontonan. Perbuatan E pun bisa jadi adalah hasil kesalahan pola asuh dalam mendidik generasi. Padahal secara fitrah, seharusnya seorang ibu memiliki naluri keibuan dan kasih sayang yang sangat besar terhadap anak. Namun, kehidupan sekuler bisa mengikis habis naluri tersebut.
Ketiga, kesiapan fisik, psikis, dan ilmu sangat dibutuhkan dalam membina rumah tangga. Menikah bukan sekadar hanya cinta saja, tetapi ada hal yang lebih penting yaitu kesiapan ilmu yang akan terbangun saat pernikahan itu terjadi.
Inilah bukti adanya persoalan sistemis dan kegagalan sistem yang diterapkan. Semestinya seorang ibu menjadi pendidik utama. Tapi justru, melakukan kekejian yang luar biasa. Ini menunjukkan matinya naluri keibuan nyata adanya dan menambah panjang deretan potret buram rusaknya pribadi ibu dan rusaknya masyarakat dalam sistem kapitalisme.
Discussion about this post