Melalui program Guru Penggerak Kemendikbud Ristek, telah merubah paradigma kepemimpinan pendidikan Indonesia, dari paradigma kepemimpinan yang berfokus kepada administrasi pendidikan menjadi paradigma kepemimpinan yang berfokus kepada pembelajaran murid sehingga Indonesia bisa Maju.
Guru adalah kunci kesuksesan proses belajar mengajar. Semakin berkualitas seorang guru, akan memberikan dampak semakin besar terhadap keberhasilan murid. Berkualitasnya murid menentukan tingkat sumberdaya manusia Indonesia. Karena kemampuan sumberdaya itulah bisa membangun Indonesia lebih baik dimasa depan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makariim dalam pidato Hari Guru Nasional 2021 menegaskan bahwa guru mengemban tugas termulia sekaligus tersulit untuk membentuk masa depan bangsa: “Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan. Anda frustrasi karena Anda tahu bahwa di dunia nyata, kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghafal.”
Menurut Mendikbud Ristek Nadiem Makarim bahwa untuk tingkatkan kualitas guru dan pendidikan, Kemendikbud Ristek menjalankan program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pendidikan). Salah satu komponen dalam program tersebut adalah melatih guru untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi dalam pembelajaran di kelas.
Elemen pembelajaran yang diperkenalkan dalam program PINTAR adalah konsep MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi). Melalui cara belajar ini, guru berperan sebagai fasilitator dikelas, sehingga murid lebih aktif berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman-temannya dalam mendiskusikan pelajaran.
Berikut beberapa contoh penerapan elemen pembelajaran MIKiR: seorang Tri Heni, guru kelas 4 SD di Riau, ini sungguh kreatif. Di sekolah, ia selalu mendorong murid-muridnya untuk belajar aktif. Saat melihat kelas yang diajar oleh Salbiati, orang mungkin akan terperangah. Karena kegigihan menyampaikan pembelajaran. Bagaimana tidak, di ruang kelasnya sering ditemukan benda-benda yang terlihat aneh. Satu waktu di meja depan kelasnya tersedia beras, gula, tepung, dan timbangan. Beberapa hari kemudian di kelasnya ada ulat, berudu, dan kupu-kupu.
Tri Heni memang sering membawa alat peraga yang tidak biasa ke dalam kelasnya. Saat meminta anak didiknya membawa gula, tepung, dan timbangan misalnya, dia sedang mengajarkan materi satuan panjang dan berat dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Pada hari yang sama dia sekaligus memperkenalkan jenis pekerjaan yang ada di pasar.
“Bersyukur bisa mengikuti pelatihan MIKiR. Metode ini membuat guru hanya bertugas mengantarkan, anak-anak yang akan mengalami dan observasi sendiri. Setelah itu mereka menyampaikan hasil observasinya. Hasilnya bisa jadi refleksi bersama teman-temannya,” kata Heni.
Setelah berada di dalam kelas, mereka identifikasi tanaman-tanaman yang mereka bawa apakah termasuk dikotil atau monokotil. Setelah itu mereka mendiskusikan lebih detail lagi seperti bagaimana cara perkembangbiakannya. Melalui metode MIKiR ini ternyata mahasiswa menikmati proses kuliah dan pemahaman mereka terhadap materi juga lebih baik.
“Metode MIKiR ternyata memudahkan kita untuk memahami materi, karena kita merasakan langsung. Cara ini memudahkan guru, karena hanya bertindak sebagai fasilitator. Tapi hasilnya tetap optimal, karena murid bisa lebih mudah memahami.
Guru penggerak sudah mengisi dan memimpin pembelajaran diberbagai sekolah-sekolah diseluruh Indonesia. Buktinya, guru penggerak mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam belajar. Hal ini yang patut kita banggakan. Indonesia pun gemilang dimasa depan dan maju.(***)
Penulis: Pemerhati Pendidikan PAUD
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post