Senada, tersirat dalam pernyataan Bupati Lumajang, Thoriqul Haq yang mengatakan, geliat aktivitas Semeru sudah terpantau sejak 3 Desember 2021.
Sejak dini hari Semeru sudah mengeluarkan lava pijar dan terjadi erupsi-erupsi kecil. Namun, menurutnya hingga Sabtu pagi, kondisi terpantau masih aman-aman saja (kompas.com, 5/12/21).
Hal ini menunjukkan bahwa memang tidak ada alat pendeteksi dini yang bisa merekam tanda-tanda Gunung Semeru akan meletus. Ketiadaan EWS menunjukkan, pemerintah tidak memiliki kesiapan dalam mitigasi bencana.
Setiap musibah yang terjadi merupakan ketetapan Allah sekaligus bukti betapa Allah Swt, maha kuasa atas segala sesuatu. Hendaknya setiap musibah yang terjadi menyadarkan kita bahwa sungguh manusia teramat kecil. Lemah di hadapan Allah. Jika Allah telah berkehendak terjadi bencana, tak sedikit pun manusia mampu menghalanginya. Namun, manusia diberi hak melakukan ikhtiar pencegahan dan penyelamatan. Sebatas dalam wilayah yang dikuasai.
Musibah juga merupakan teguran dan peringatan bagi manusia atas kelalaian dan kerusakan yang telah diperbuat di muka bumi. Sesungguhnya Allah, Swt. Berfirman, “Musibah apa saja yang menimpa kalian itu adalah akibat perbuatan kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar (dosa-dosa kalian),” (QS. Asy-syura:30).
Musibah sepatutnya menjadi pengingat bagi seluruh elemen masyarakat termasuk penguasa. Sebagai individu, hendaknya memaknai musibah sebagai ujian, peringatan dan motivasi untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
Sebagai bagian dari masyarakat, hendaknya menjalankan peran sebagai sosial kontrol melalui aktivitas amar makruf nahi munkar. Sebagai penguasa hendaknya menjalankan fungsi sebagai pelindung dan pelayan bagi rakyat. Kemaslahatan rakyat harus menjadi prioritas. Untuk menghadapi bencana seyogianya penguasa menyiapkan mitigasi bencana, yakni segala upaya mengurangi risiko bencana. Dari kesiapan peralatan, SDM hingga pendanaan.
Selanjutnya, negara bertanggung jawab mengedukasi masyarakat tentang bencana melalui penyuluhan oleh lembaga terkait atau melalui berbagai media milik negara. Namun, mekanisme seperti ini tidak kita temukan dalam sistem hari ini. Dimana pengurusan urusan rakyat selalu berbasis untung rugi.
Pelayanan berbasis kemaslahatan rakyat hanya ada dalam sistem Islam, dengan seperangkat aturannya yang sempurna dan paripurna. Dengan demikian, pelayanan terbaik penguasa atas rakyatnya hanya bisa terwujud dalam sebuah institusi yang menerapkan Islam secara sempurna. Wallaahu A’lam.
Penulis: Relawan Media Kendari
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post