Indonesia telah berkomitmen dalam peralihan menuju ekonomi rendah karbon. Melalui dokumen strategi jangka panjang untuk ketahanan iklim dan karbon rendah 2050, Indonesia menargetkan emisi nol bersih pada 2060 atau lebih cepat. Peralihan ini butuh data yang memadai untuk memantau sumbangan sektor usaha terhadap emisi, efisiensi energi dan praktik ramah lingkungan.
SE26 dapat menghasilkan data konsumsi energi usaha per sektor, informasi tentang pemakaian energi terbaharukan, ketersediaan dan praktik pengelolaan limbah, sertifikasi lingkungan yang dimiliki usaha, serta data bahan baku dan faktor produksi berbasis ramah lingkungan.
Dengan indikator ini, SE26 dapat mendukung pengembangan indeks ekonomi hijau atau pemetaan industri hijau. Pemerintah dapat memanfaatkan hasil SE26 guna merencanakan kebijakan fiskal hijau, seperti subsidi untuk teknologi bersih, insentif investasi ramah lingkungan, serta pajak karbon berbasis data usaha.
SE26 juga dapat memetakan kesiapan sektor-sektor strategis, seperti pertambangan, industri manufaktur dan energi dalam mengadopsi transisi hijau. Umpamanya, berapa persen pabrik manufaktur mikro dan kecil telah mengelola limbah sesuai standar lingkungan?
Studi Kasus Ekonomi Digital Hijau
Banyak usaha rintisan di Indonesia telah memadukan prinsip digital dan keberlanjutan lingkungan. Misalnya, usaha rintisan di sektor pertanian yang menggunakan portal online untuk efisiensi distribusi, sekaligus meminimalkan pemborosan pangan. Contoh lain, perusahaan logistik digital yang mengurangi jejak karbon melalui pengaturan rute cerdas dan penggunaan kendaraan listrik.
SE26 jika didesain dengan modul digital-hijau, dapat memetakan rintisan usaha dan kecil menengah yang menerapkan kaidah ini. Dengan data ini, pemerintah mampu menyusun ekosistem dukungan, seperti pembiayaan ventura untuk usaha rintisan teknologi hijau, pelatihan keberlanjutan digital dan inkubasi bisnis ramah lingkungan.
Tantangan Integrasi, Literasi dan Keterbukaan Data
Walaupun mempunyai potensi besar, optimalisasi SE26 untuk memperkuat ekonomi digital dan lingkungan menghadapi beberapa tantangan. Pertama, rancangan modul digital dan lingkungan dalam SE26 masih dalam tahap pengembangan dan baru mencakup seluruh sebagian indikator penting.
Kedua, keterbatasan pengetahuan pelaku usaha mikro dan informal, sehingga kerap kesusahan memberi data akurat, terutama terkait teknologi dan lingkungan. Ketiga, belum optimalnya integrasi SE26 dengan data administratif, survei sektoral dan data satelit lingkungan. Keempat, masih terbatasnya pemanfaatan SE26 oleh kementerian/lembaga di luar BPS untuk perencanaan sektoral.
Saran Strategis
Penulis mengajukan saran strategis untuk menguatkan peran SE26 dalam mendukung ekonomi digital-hijau Indonesia, yakni (1) Penguatan modul digital dan lingkungan di SE26 . (2) Merancang indikator khusus, yaitu konsumsi energi, penggunaan alat digital dan pengelolaan limbah. (3) Konsultasi dengan kementerian teknis dan pelaku usaha. (4) Integrasi dan interoperabilitas data.
(5) Menyatukan SE26 dengan data pengajuan tunggal dalam jaringan, data BPJS Ketenagakerjaan dan izin lingkungan. (6) Penguatan kompetensi petugas sensus dan pelaku usaha. (7) Pelatihan petugas sensus tentang konsep digital dan lingkungan. (8) Gerakan sosialisasi kepada usaha kecil tentang pemanfaatan data. (9) Pengembangan dasbor interaktif.
(10) Menyediakan dasbor digital berbasis wilayah untuk pemetaan transformasi digital dan kesiapan lingkungan. (11) Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan data besar untuk validasi. (12) Pemanfaatan AI untuk mendeteksi anomali data dan mengisi kekosongan informasi. (13) Kerjasama internasional, seperti Bank Dunia, OECD, Bank Pembangunan Asia untuk pembandingan kinerja dan pengembangan metodologi baru.
SE lebih sekadar proyek statistik bertaraf nasional, tetapi juga pilar penting dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara berekonomi digital yang tangguh dengan ekonomi hijau yang berkelanjutan. Data yang kuat, menyeluruh dan terkini dari SE26 akan menjadi fondasi bagi semua bidang dalam mengambil keputusan.
Dalam masa ketika data menjadi bahan bakar utama pembangunan, SE26 berfungsi sebagai peta jalan yang mengarahkan reformasi struktural dan inovasi lintas sektor. Alih ekonomi digital dan perpindahan menuju keberlanjutan lingkungan memerlukan kebijakan yang tepat dan berbasis bukti.
Di sini kedudukan sentral SE26, sebagai alat negara untuk mendengar denyut nadi usaha nasional dan merumuskan kebijakan yang berorientasi masa depan. Dengan sinergi antara penguatan data, keterlibatan pelaku usaha dan komitmen kebijakan pemerintah, Indonesia dapat memastikan pertumbuhan ekonominya menjadi cepat, adil, cerdas dan berkesinambungan.(***)
Penulis adalah Ketua Tim Garda SE26 Sinjai
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post