Dengan cara demikian, di satu sisi ayat-ayat penting yang panjang sudah diperdengarkan untuk disimak jemaah, tetapi pada sisi lain, urusan keseharian duniawi jemaah juga tidak diabaikan.
Iman tipe keempat, yang terakhir, imam yang cenderung membacakan surat atau ayat-ayat yang populer. Dengan begitu, dia mengharapkan, jemaah lebih banyak yang dapat dan langsung faham mengikutinya. Surat atau ayat-ayat populer sudah sangat diketahui, dihafal dan difahami sehingga lebih mudah diikuti jemaah.
Semua pilihan imam sah. Semuanya benar. Kita tidak dapat meminta imam untuk membaca surat panjang atau pendek, atau meminta imam membaca surat-surat khusus yang kita sukai atau menjadi favorit kita. Surat atau ayat mana pun yang bakal dibaca, sepenuhnya diserahkan kepada para imam. Otoritas para imam.
Kita wajib mengikuti semua yang dipilih imam tanpa komplain sama sekali. Disinilah makmun diajarin untuk tunduk dan patuh pada imam. Kita, para jemaah, tidak boleh melawan keputusan imam. Kita wajib mengikuti imam sebagai pemimpin salat.
Di masjid dekat rumah hamba, tiap salat subuh, setiap hari imamnya berganti-ganti. Sudah ditentukan hari ini si anu, hari itu si ini. Jadi, selama seminggu sudah ada jadwal imam tetap. Masing-masing imam memiliki karakter dan pliihannya sendiri-sendiri. Kami sebagai jemaah, bagaimana pun imamnya, sepanjang tidak menyimpang, pastilah wajib mengikuti mereka.
Hamba pernah mencoba bertanya kepada salah seorang imam subuh kami, bagaimana cara dia memilih surat atau ayat yang mau dibacakannya. Dia terlihat terkejut mendengar pertanyaan hamba, tetapi sesaat kemudian dia menjawab dengan diplomatis.
“Ya, yang pertama-tama, tentu yang saya hafal,” jawabnya sambil tersenyum.
Hamba pun tak mengejar dengan pertanyaan lainnya, lantaran itu masuk wilayah otoritas dari imam. Tak hanya itu yang kita ikuti dari imam. Ada imam yang saat memimpin salat subuh, melaksanakan sunah sujud tilawah. Sujud ini belum banyak diketahui jemaah apalagi menjadi kebiasaan. Kendati begitu, sebagai makmun, kita tetap harus mengikuti imam.
Manakala salat subuh telah rampung dan memasuki zikir dan doa, imam juga punya pilihan atau cara masing-masing. Ada imam yang tetap duduk menghadap ke kiblat. Jadi, tak mengubah posisinya. Ada pula imam yang mengubah arah duduknya ke kanan. Kemanan pun arah yang dipilih imam, kita tidak dapat mengajukan keberatan.
Pada saat prosesi salat subuh selesai, ada imam yang bersedia dan malah berinisiatif berjabatan tangan dengan jemaah yang duduk di belakang kiri kanan dekatnya, bahkan dengan jemaah lainnya. Namun ada pula yang kemudian langsung berdiri tanpa merasa perlu bersalaman dengan para jemaahnya yang duduk didekatnya, apalagi dengan para jemaah lainnya.
Apapun pilihan imannya, kita harus menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada. Kita tidak dapat mengajukan protes terhadap pilihan para imam yang berlain-lainan, sepanjang tidak menyimpang dari akidah. Imam juga manusia. Mungkin saja terkadang suatu ketika membaca ayat atau surat dia lupa atau keliru.
Islam rupanya juga mengajarkan suatu sistem yang bijak. Imam yang agak lupa atau keliru bagian bacaannya, diberitahu dengan lisan terutama oleh jemaah yang berada dekat di belakangnya. Kalau ada kesalahan lainnya, bahunya ditepok. Lewat cara ini biasanya imam sudah sadar dan kembali dapat membaca ayat atau tata cara salat yang benar kembali.
Discussion about this post